Sunday, February 15, 2009

on nearly 4 hours after Valentine's Day

Valentine tahun ini?

Hmm.. Not more on myself and my dearest one.
Bagaimanapun, bukan suatu penyesalan besar (kecil sih sudah tentu). Hal positif yang bisa gue lihat dan alami adalah bahwa gue membantu orang-orang untuk merayakan Valentine's Day-nya.

Di hari Valentine, event pertama gue sebagai promotion executive sebuah majalah akhirnya terlaksana. Menyenangkan, sedikit kehebohan di sana-sini, namun gue puas dan bersyukur karena semuanya boleh berlangsung dengan baik, semua orang senang, apalagi peserta event yang dimanjakan oleh treatment-treatment di spa, makeover, dinner di salah satu kafe di Menteng (semenjak jadi Promotion Executive, gue semakin menyadari arti pentingnya sebuah nama atau brand), plus dapat hadiah-hadiah lagi. Walaupun kaki sakit banget, sedikit lecet, agak batuk dan masuk angin, namun gue puas.

Yang sedikit agak terbengkalai justru my own Valentine's Day. Agak sedih juga saat mengakhiri hari, karena kesempatan yang cuma sejam lewat dikit doang ga bisa gue perlakukan dengan sebaik-baiknya. Capek mungkin adalah alasan, namun sebetulnya itu ga bisa dijadikan alasan. Kenapa gue tidak bisa memberi diri sama baiknya, or even more, to the dearest one daripada kepada orang-orang yang gue 'layani' tadi? Seharusnya Valentine's Day bukan hari dimana gue merasa gloomy, tapi perasaan itu ada :( Bagaimanapun, gue mendapat hadiah Valentine pertama gue... Senangnya :)

Memang, Valentine's Day hanyalah sebuah simbol. Ga perlu diperlakukan dengan sebuah seremonial yang berlebihan, karena perasaan sayang bukan 'ditabung' untuk dicurahkan setahun sekali kok. Justru harus diungkapkan setiap waktu demi semakin bertumbuhnya hal-hal yang dijalin. Tapi gue juga setuju bahwa momen-momen seperti hari ini bisa menjadi sebuah momen yang lebih manis daripada biasanya.

This is my second one with the dearest one.
Tahun lalu adalah yang pertama, dan tidak akan pernah jadi yang terakhir.
So, I'm excitingly waiting for our next one.. ;)

Wednesday, February 4, 2009

gaya..?


Ada apa dengan menjadi perempuan?

Gue seringkali bingung dengan gaya perempuan. Yah, maklum, baru beberapa tahun belakangan ini gue jadi perempuan, sebelumnya ya perempuan jadi-jadian. Minjam istilah teman gue.

Gaya gue? Apa adanya. Tapi tetap harus necis. Buat gue, first impression itu penting. It's important to bring yourself up and make the crowd notice you. Memarketingkan diri sendiri lah.. Tapi penting untuk tetap nyaman. Menurut gue.

Itulah kenapa gue kadang-kadang agak heran dengan perempuan-perempuan yang 'berkeliaran' di mall kala weekend (gue sih ga mempermasalahkan nge-mall-nya karena jujur gue juga demen keliaran di mall, walau cuma beli jendela alias window shopping doang) dengan high-heels! Waduh.. Buat gue udah cukup lima hari dalam seminggu gue mendera kaki-kaki gue yang malang dengan heels, di kantor aja gue keliaran ksana kmari nyeker atau pake sandal jepit, ga perlu ditambah dengan di hari dimana gue bebas pake apapun semau gue senyaman gue, gue pake heels. Gue memang pecinta sepatu, termasuk high-heels, tetapi bukan untuk jalan-jalan atau menikmati waktu. It's just not my idea of having fun, juga dengan dearest ones.

But then again, ini cuma pikiran gue doang. Orang lain belum tentu.

Lalu ada juga soal make-up. Jujur, gue ga suka pake make-up. Buat gue, make-up cuma dipake kalo undangan atau konser. Sekarang nambah deh listnya, yaitu kalo meeting ketemu klien. Kalo ngga? Ya tampil polos apa adanya. Cuma pelembab, bedak, sedikit blush-on plus lipbalm ga berwarna. Bahkan gue sering diprotes dia karena bibir gue pucat (biarin, yang penting kan ga kering dan tetap oke). Lah, kalo pake lipgloss, dijilat-jilat juga warnanya ilang...

Tetapi, balik lagi, itu gimana masing-masing sih. Cuma sekedar pemikiran doang.