Tuesday, September 30, 2008


O Jesus, I have promised to serve Thee to the end
Be Thou forever near me, my Master and my Friend
I shall not fear the battle if Thou art by my side
Nor wander from the pathway if Thou wilt be my Guide.

O let me feel Thee near me!
The world is ever near
I see the sights that dazzle, the tempting sounds I hear
My foes are ever near me, around me and within
But Jesus, draw Thou nearer, and shield my soul from sin.

Wednesday, September 24, 2008

Friday, September 19, 2008

Gelang karakter

Beberapa minggu yang lalu, gereja membagikan sebuah gelang karet berkancing, tulisannya ‘Karakter Kristus’. Gelang ini dinamakan color ID, karena gelang-gelang tersebut beraneka warna. Kenapa ada embel-embel ‘Karakter Kristus’ dan ID? Karena setiap kita yang memakainya diminta untuk membangun karakter Kristus pada diri sendiri, menyatakan identitas sebagai seorang Kristen. Gelang ini hanya alat bantu; pengingat, membantu memotivasi. Intinya, kita harus punya niat.

Aturan pakainya, kenakan gelang di pergelangan tangan kiri, lalu niatkan selama beberapa periode waktu untuk melakukan karakter rendah hati, pengampunan, kepedulian, dan sabar. Jika berhasil, pindahkan gelang ke tangan kanan. Begitu seterusnya.

Kedengaran gampang? Iya banget. Sangat susah saat melakukannya? Iya banget.

Baru setelah dihadapkan pada ‘tantangan’ itulah gue betul-betul menyadari bahwa gue lebih cenderung ke arah sebaliknya. Sangat sulit untuk rendah hati. Sangat sulit untuk mengampuni orang yang bikin gue kesel. Amat susah untuk tidak egois. Plus, ampun deh kalau soal sabar. Makanya gelang itu kayaknya jarang pindahnya. Gimana mau sekarakter dengan Kristus kalau begini?

Dan ‘tantangan-tantangan’ yang sebetulnya merupakan proses pembelajaran justru jadi sering muncul, lalu ini bukan lagi soal gelang tadi. Misalnya saat ini (19 Sept 2008, 01.35 dinihari), gue berhadapan dengan itu. Beberapa hal terakumulasi jadi satu dan berputar-putar di kepala, dan pada satu saat hampir aja gue mencapai titik didih, ga tahan, betul-betul muak dengan keadaan. Gue seolah ditantang untuk rendah hati, mengampuni, ga egois dan sabar pada saat bersamaan. Gue sadar, gue berhadapan dengan diri gue sendiri. Sebetulnya lawan gue adalah diri gue sendiri, yang tinggi hati, sombong, ga mikirin orang lain, ga sabaran. Mungkin inilah ‘salib’ yang harus gue pikul saat ini. Inilah ‘raksasa-raksasa’ gue saat ini.

Nyaris putus asa waktu kemudian gue sadar, ya ampun, betapa ga bersyukurnya gue. Dengan begini berlimpah berkat dari Tuhan, gue malah ga tahu berterimakasih.

Namun sekarang gue bersyukur. Saat menuliskan ini, gue diingatkan untuk senantiasa minta pertolongan Tuhan, bukan aja saat memakai gelang ini, namun dalam setiap perkara. Gue bersyukur dihadapkan pada hal-hal tertentu karena gue kemudian diasah.. Mungkin beberapa waktu terakhir ini gue ‘tumpul’.

Anyway. Keadaan besok gue ga tahu. Bisa lebih baik, bisa ngga. Tapi gue mau inget untuk selalu minta ditemani Tuhan.

Tuesday, September 16, 2008

Speed


Ada artikel yang bilang orang Sagitarius itu adalah orang yang mementingkan proses dibanding kecepatan menuju target yang dituju. Jadi intinya biar lambat asal selamat.

Nah, gue termasuk Sagitarius yang melenceng dari pernyataan itu. Sesuai tabiat gue yang (masih) sering bertindak atau bicara duluan dan mikir belakangan, gue lebih mentingin kecepatannya daripada prosesnya. Akibatnya prosesnya suka salah, yang penting nyampe dulu. Hehehe.. Paling aman sih adalah menyeimbangkan antara proses dengan kecepatan.

Kesukaan gue akan yang cepat-cepat ini misalnya aja kalau renang. Gue lebih suka gaya bebas, selain karena majunya cepat, nyampenya cepat, juga karena gue ga fasih gaya dada. "Emang kamu mau ke mana sih berenang cepat-cepat? Kan waktunya banyak," seseorang pernah bilang. Hehehe.. Selain itu, gue juga kalau jalan kaki sendirian pasti maunya cepat-cepat. Padahal ga ada yang dikejar juga. Rasanya ga enak membiarkan ada jarak kosong di depan gue dan ga gue manfaatkan.

Tentunya sangat berlaku dan berjaya kala gue nyetir. Gue ga suka ada jarak yang cukup jauh antara gue dengan mobil depan gue. Selain itu, gue ga nyaman dengan pemikiran gue mungkin menunda mobil di belakang gue untuk bergerak lebih cepat. Padahal itu bisa aja cuma prasangka gue. Dan lagi, gue suka memacu batas-batas kecepatan mobil gue. Kalau dia bisa cepat, harus dimanfaatkan dong.

Gue pernah menjajal Jalan Sudirman Jakarta dengan kecepatan 120km/jam. Seru banget! Jam setengah 6 pagi waktu gue masih ngantor dahulu. Kosonggg banget jalannya.
Gue sering menjajal Kuningan dengan kecepatan 100an km/jam, kalau pulang jalan-jalan agak malam.
Gue berhasil mencapai pintu rumah dalam 30 menit dari pintu kost temen gue di daerah Cilandak. FYI, rumah gue Jakarta Pusat. Dalam keadaan normal, bisa satu jam lebih.
Gue berhasil mencapai bilangan Kelapa Gading dalam waktu 35 menit saja dari Pondok Indah.

Seru, kan?
Ngebut memang asyik..

Saturday, September 13, 2008

Piyama dan bunga

Apa hubungannya piyama dan bunga?
Buat gue ada. Bukan karena alesan ada gue di tengah-tengahnya.

Gue mulai keranjingan piyama waktu jaman masih awal-awal kuliah dulu (duh, rasanya udah berabad-abad yang lalu). Sampai-sampai waktu gue mau ulangtahun, gue request piyama. Padahal ga pernah-pernahnya gue request kado ulangtahun. Rasanya aneh aja minta sesuatu buat ulangtahun. Buat gue sih prinsipnya apapun dikasih buat gue, gue terima dengan senang hati. Ga dikasih pun ga apa-apa. Gue juga bukan orang yang suka gembar-gembor, "Eh, gue ulangtahun lho, gue ulangtahun lho.." Trus kenapa kalau ulangtahun? Semua orang juga ulangtahun. Ngapain musti pamer? Ngarep dikasih selamat? Ih.. Ngga banget deh. Yang penting kan kita mengucap syukur dikasih tambahan satu umur lagi, selamat sejahtera sampai di umur yang baru.

Kok jadi curhat dan ngomongin ulangtahun sih?

Anyway. Jadi gue mendapatkan piyama pertama gue (sumpah, gue ga pernah punya setelan piyama. Mungkin dulu waktu masih kanak-kanak banget, tapi gue ga inget..) waktu ulangtahun itu. Lupa yang keberapa. Dari katun lembut, krem, ada reda halus di tepinya, gambarnya mobil, kapal, kecil-kecil gitu. Mulai dari situ, gue hobi beli piyama. Ke manapun gue pergi, pasti nyarinya piyama. Heran juga gue dengan harga piyama yang lumayan mahal. Padahal kan cuman buat tidur doang. Trus, kalau cuman buat tidur doang, kenapa gue demen amat ya? Hmm.

Suatu waktu gue buka lemari, dan agak kaget juga. Bukan karena isinya piyama semua dan gue ga sadar. Tapi karena piama gue sekarang semuanya motif bunga-bunga. Padahal gue ga gitu suka dengan motif bunga-bunga, kayaknya kok cewek banget. WOW! Apakah gue berubah jadi perempuan? ;)

Satu piyama favorit gue belinya di Pasar Baru Bandung. Warna putih, berkerah kayak piyama laki, tapi pinggirannya pink dan motifnya bunga-bunga kecil pink. Itu favorit banget. Gue punyanya mungkin sejak sekitar 2004-2005, sampai sekarang masih gue pakai. Udah belel, tipis, pakaian dalam aja sampai keliatan berbayang, karet celananya udah ganti beberapa kali, udah bolong, tetep aja favorit. Kalau perlu, cuci, kering, langsung pakai lagi. Hehehehe..

Piyama ini hebat. Ikut gue jalan-jalan sampai Taipei, trus Hongkong, tahun 2006 jadi saksi kena darah waktu kepala gue ketimpa di Italia, trus sampai Paris. Hehehehe...

Kayaknya kalau udah menyerupai lap dapur baru gue relakan dia.

Shout to the Lord

"Shout to the Lord" is a popular worship anthem, written by singer/songwriter Darlene Zschech in 1993, published by Hillsong Music Australia. It is sung regularly at many Christian churches, festivals and youth gatherings.

My Jesus, my Saviour
Lord there is none like You
All of my days I want to praise
The wonders of Your mighty love

My comfort, my shelter
Tower of refuge and strength
Let every breath, all that I am
Never cease to worship You

Shout to the Lord
All the Earth, let us sing
Power and majesty
Praise to the King
Mountains bow down
And the seas will roar
At the sound of Your name

I sing for joy at the work
Of Your hand
Forever I'll love You
Forever I'll stand
Nothing compares
To the promise I have In You

Thursday, September 4, 2008

Dari khotbah Joel Osteen

~Jangan melawan angin yang bertiup ke arahmu. Ikuti saja, karena angin itu bisa menjadi angin berkat yang membawamu ke tempat yang lebih baik.
~Tuhan mengguncang anak-anakNya, seperti burung rajawali yang mengguncang sarangnya dan memaksa anaknya belajar menggunakan sayap. Semuanya supaya kita semakin bertumbuh dan lebih kuat.
~Musim berubah. Orang berubah. Bukalah diri untuk perubahan-perubahan, dan diperbaharui Tuhan untuk menjadi lebih baik lagi.
~Get out from your comfort zone! Atau kita tidak akan berkembang. Ada yang lebih baik di luar sana!
~Tuhan membuka pintu dengan caraNya yang ajaib, dan dengan ajaib pula Dia menutup pintu. Tuhan menutup satu pintu untuk membawa kita ke pintu berikutnya. Percaya saja, pasti dibaliknya banyak rancangan indah Tuhan menanti kita.
~Tuhan tidak akan mengijinkan masalah mendatangi kita, kecuali itu akan menjadikan kita semakin kuat, semakin bertumbuh, semakin dibangun di dalamNya.
~Ada masa-masa lalu menyakitkan yang begitu kelam. Tapi semua sudah berlalu. Itu sudah lewat! Musimnya sudah lewat! Tuhan sudah mengampuni dan sekarang saatnya untuk maju. Jangan kembali ke sana. Tuhan sudah menutup pintu itu.


(Dikutip dari salah satu khotbah Joel Osteen tentang perubahan.
Kurang lebih demikian yang dia katakan.. gue lupa kalimat persisnya, tapi itu poin-poin pentingnya. Intinya: Menerima perubahan. Perubahan itu baik, apalagi yang dari Tuhan sendiri. Gbu.)

Tiap orang memang beda!

Gue bertanya-tanya kenapa banyak sekali buku yang membahas perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Gue ga bicara fisikal.

Gue punya dua, Mars and Venus dan Why Men Don't Listen & Women Can't Read Maps. Menuntaskan penasaran gue apa sih sebenernya yang berbeda dari laki dan perempuan sampai harus dibikin buku soal itu. Memang ada perbedaan, tapi sebesar apa sih sampai segitu pentingnya? Laki-laki ya laki-laki. Perempuan ya perempuan. Tuhan menciptakan begitu adanya, ada tugasnya masing-masing, keunikannya masing-masing. Jadi kenapa mesti ribut?

Setelah gue baca, gue mengakui memang ada perbedaan pola pikir, cara pandang, melihat masalah, menanggapi sesuatu, merespon, antara laki-laki dan perempuan. Tetapi ga bisa ditarik garis lurus pembatas yang secara tegas mengkotak-kotakkan laki dan perempuan atas alasan itu. Kenapa? Karena, seperti contoh-contoh yang disebutkan dalam buku, misalnya bahwa perempuan ga bisa baca peta, hey, siapa bilang cewek ga bisa baca peta?? Kami ini cewek-cewek yang nyupir, bodoh kalau ga bisa baca peta. Mau modal nanya doang ama orang? Kalau ga ada orang di jalan? Kapan nyampenya?

Dan katanya perempuan itu cenderung ngomong terus. Apa iya? Temen-temen gue yang cowok banyak juga yang bawel. Malah, hampir semua laki-laki di sekitar gue bawel. Hehehe..

Intinya, ga bisa digeneralisasi bahwa semua perempuan begitu, atau laki-laki begitu. Namun memang ada detil-detil lain yang gue akhirnya sependapat bahwa memang secara garis besar, pola berpikir laki-laki beda dengan perempuan. Tapi ga bersifat mutlak.

Ada yang menganggap pembahasan ini perlu untuk belajar lebih mengenal lawan jenis dan menjembatani perbedaan-perbedaannya. Gue pribadi, menganggap diskusi ini untuk tambahan wawasan saja. Sebab menurut gue, setiap orang, ga peduli jenis kelaminnya apa, pasti beda. Pasti punya keunikan tersendiri. Bukan tanpa alasan Tuhan menciptakan kita masing-masing seperti ini. Bukan kebetulan, tapi justru penuh rencana. Perbedaan apapun memang harus dijembatani, kan? Bukan dari segi jenis kelamin saja.

Gue cenderung fleksibel. "Ya emang orangnya begitu," alias menerima apa adanya, bukan dimasalahkan kenapa bisa beda, dan sekaligus menyesuaikan tanpa menghilangkan identitas. Kita harus menyikapi perbedaan itu bukan dengan maksa dia harus satu kemauan dengan kita atau malah bikin garis tegas yang memisahkan kita dengan dia karena beda. Justru kita belajar untuk memahami orang lain (bukan berarti setuju, lho), berempati, belajar mengendalikan diri supaya garis tegas itu ga muncul.

Perbedaan bisa jadi alat untuk saling melengkapi. Perbedaan yang ada, gue selalu berdoa supaya bisa jadi berkat yang mempersatukan dan menguatkan.

Terdengar mudah? Jangan salah.
Gue masih harus belajar banyak tentang itu..