Thursday, September 4, 2008

Tiap orang memang beda!

Gue bertanya-tanya kenapa banyak sekali buku yang membahas perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Gue ga bicara fisikal.

Gue punya dua, Mars and Venus dan Why Men Don't Listen & Women Can't Read Maps. Menuntaskan penasaran gue apa sih sebenernya yang berbeda dari laki dan perempuan sampai harus dibikin buku soal itu. Memang ada perbedaan, tapi sebesar apa sih sampai segitu pentingnya? Laki-laki ya laki-laki. Perempuan ya perempuan. Tuhan menciptakan begitu adanya, ada tugasnya masing-masing, keunikannya masing-masing. Jadi kenapa mesti ribut?

Setelah gue baca, gue mengakui memang ada perbedaan pola pikir, cara pandang, melihat masalah, menanggapi sesuatu, merespon, antara laki-laki dan perempuan. Tetapi ga bisa ditarik garis lurus pembatas yang secara tegas mengkotak-kotakkan laki dan perempuan atas alasan itu. Kenapa? Karena, seperti contoh-contoh yang disebutkan dalam buku, misalnya bahwa perempuan ga bisa baca peta, hey, siapa bilang cewek ga bisa baca peta?? Kami ini cewek-cewek yang nyupir, bodoh kalau ga bisa baca peta. Mau modal nanya doang ama orang? Kalau ga ada orang di jalan? Kapan nyampenya?

Dan katanya perempuan itu cenderung ngomong terus. Apa iya? Temen-temen gue yang cowok banyak juga yang bawel. Malah, hampir semua laki-laki di sekitar gue bawel. Hehehe..

Intinya, ga bisa digeneralisasi bahwa semua perempuan begitu, atau laki-laki begitu. Namun memang ada detil-detil lain yang gue akhirnya sependapat bahwa memang secara garis besar, pola berpikir laki-laki beda dengan perempuan. Tapi ga bersifat mutlak.

Ada yang menganggap pembahasan ini perlu untuk belajar lebih mengenal lawan jenis dan menjembatani perbedaan-perbedaannya. Gue pribadi, menganggap diskusi ini untuk tambahan wawasan saja. Sebab menurut gue, setiap orang, ga peduli jenis kelaminnya apa, pasti beda. Pasti punya keunikan tersendiri. Bukan tanpa alasan Tuhan menciptakan kita masing-masing seperti ini. Bukan kebetulan, tapi justru penuh rencana. Perbedaan apapun memang harus dijembatani, kan? Bukan dari segi jenis kelamin saja.

Gue cenderung fleksibel. "Ya emang orangnya begitu," alias menerima apa adanya, bukan dimasalahkan kenapa bisa beda, dan sekaligus menyesuaikan tanpa menghilangkan identitas. Kita harus menyikapi perbedaan itu bukan dengan maksa dia harus satu kemauan dengan kita atau malah bikin garis tegas yang memisahkan kita dengan dia karena beda. Justru kita belajar untuk memahami orang lain (bukan berarti setuju, lho), berempati, belajar mengendalikan diri supaya garis tegas itu ga muncul.

Perbedaan bisa jadi alat untuk saling melengkapi. Perbedaan yang ada, gue selalu berdoa supaya bisa jadi berkat yang mempersatukan dan menguatkan.

Terdengar mudah? Jangan salah.
Gue masih harus belajar banyak tentang itu..

No comments: