Monday, March 31, 2008

Pilihan

"Hidup itu adalah pilihan, Jo."

Begitu yang dia bilang.
Sementara menurut gue, hidup adalah kewajiban, nah, apa yang hendak kita lakukan di dalam hidup itu sendirilah yang pilihan.

Ngomong2 tentang pilihan, entah setan apa yang hinggap di kepala gue sehingga kemarin sebuah pemikiran yang mengejutkan muncul di kepala gue. Pemikiran tentang apa yang gue pilih. Untuk pertama kalinya (yah, mgkn memang bukan untuk pertama kalinya, tetapi untuk pertama kalinya gue benar2 memikirkan hal ini) gue mempertanyakan pilihan gue sendiri. Biasanya gue meyakini bahwa apa yang gue pilih sudah gue pertimbangkan baik-buruknya, dan gue berani untuk mengambil resiko yang mgkn akan muncul, sehingga gue tidak menyesal. Dan gue selalu menegaskan hal itu sama diri gue sendiri, yaitu bahwa apapun pilihan yang gue ambil, sebisa mgkn gue tidak menyesal.

Sekarang gue bertanya pada diri sendiri apakah pilihan yang sudah gue ambil dan gue jalani ini adalah keputusan yang salah.
Apakah ini keputusan bodoh?
Apakah gue terlalu impulsif saat memutuskan hal itu?
Apakah ini ‘keterlanjuran’, atau memang gue tulus menjalaninya?
Apakah gue bodoh dengan terus menjalaninya sekarang?

Dan banyak pertanyaan2 lain yang bikin gue bingung dan ragu, gamang.

Biasanya dia akan bilang bahwa gue harus yakin tentang apapun, harus percaya bahwa semua itu Tuhan yang menjadikannya dengan baik. Gue ga boleh ragu, at least gue ga boleh memfokuskan diri ama keragu2an gue itu.

Kali ini, untuk pertama kalinya gue merasa sangat lelah. Terus mendukung adalah hal yang gue pilih, gue coba dan mau jalani dengan tulus, positif, tanpa ragu2. Gue juga selalu minta supaya gue dikuatkan untuk terus bisa menguatkan. Namun kali ini, entah kenapa gue merasa sangat lelah dan capek..
Keteguhan gue ada batasnya.
Semangat gue ada batasnya.
Kepositifan gue ada batasnya.
Energi gue ada batasnya.
Gue juga ada capeknya..
Bukan karena gue capek berdiri di sampingnya, melainkan karena apa yang dirasakannya pun gue rasakan.

Semoga ini semua cepat berlalu..
dan kita akhirnya boleh tersenyum dan mendapati bahwa pilihan kita ga salah, walau untuk memastikan itu kita harus melalui banyak rintangan.

Sunday, March 30, 2008

Insomnia

Ada yang tahu kenapa insomnia bisa muncul?

Dulu sebelum masuk dunia kerja, gue insomnia. Setelah masuk ngantor, lenyap sama sekali yang namanya insomnia. Iyalah ya, secara masuk kantor jam 6 pagi, di kantor kerja rodi, nonstop sampe at least jam 12, so pasti gue capek puollll... Jadi tidur dengan nyaman dan nyenyaknya dari jam 9 (astaga, bahkan di masa masih kanak2 banget dan sekolah pun gue ga pernah tidur jam 9) sebelum dipaksa keluar dari selimut jam 5 pagi. Dan itu masi berasa kuranggggg banget tidurnya.

Pindah kerja jadi masuk jam setengah 9, rasa capek yang mendorong gue jadi bisa tidur selain di kantor sibuk sana sini adalah macetnya jalanan kota Jakarta pas pulang kantor. Di perjalanan pulang, rasa capek kerja, akumulasi rasa kesel selama jam kerja, plus kaki yang luar biasa pegel gara nginjek kopling bikin gue ngantuk dan tidur dengan enaknya.

Sekarang?
Gue ga inget lagi kapan gue tidur lelap selelap2nya. Rasa2nya tiap kali tidur, tiga perempat badan gue tidur, seperempatnya lagi melayang2 penuh kesadaran. Padahal gue, misalnya di satu hari, cukup sibuk dari pagi sampe malem. Renang, pergi2 ksana kmari, tetep aja gue susahhhhh tidur. Bahkan dalam keadaan 3-4 hari sangat kurang tidur pun, let say cuma 4-5 jam, gue ga bisa tidur. Butuh paling ngga setengah sampe sejam untuk bisa kehilangan kesadaran, tapi itupun ga bisa hilang sepenuhnya. Ada sebagian gue yg terus tersadar. Dan bunyi sekecil apapun bisa bikin bangun. Dan, berulang lagi, butuh sejam untuk bisa tidur.

Ini bikin capek dan kesel. Gue ga pernah bangun dengan segar. Segalanya jadi gue kerjain tanpa semangat.

Minum obat tidur pun ga membantu. Masa gue minum obat tidur tadi jam 6 sore sampe jam 9 gini blum ngantuk juga??
Apa sih yang salah dengan badan gue?

Sunday, March 23, 2008

Paskah dan berkat

Selamat Hari Paskah!

Seperti yang biasa dilakukan di tahun2 sebelumnya semenjak udah melewati sekolah minggu dan memasuki tahapan beribadah di gereja, gue selalu mengikuti kebaktian Paskah subuh. Kebaktian Paskah subuh ini mulainya jam 5 pagi, mengikuti apa yang Alkitab bilang bahwa pada early in the morning-lah Maria menemukan kubur terbuka dan kosong.

Untuk manusia yang susah tidur seperti gue, entah karena insomnia atau memang kelelawar alias 'kalong' yang selalu berkelana malam hari, bener2 perjuangan mau bangun jam setengah 4 untuk pergi gereja jam 5. Tapi kemudian gue tertohok sendiri kala menyadari bahwa Dia mau 'bangun' dan jam 5 -pokoknya subuh- udah pergi dari kuburNya untuk menyatakan diri dan memperlihatkan bahwa Dia sudah berkuasa atas dosa dan maut demi menyelamatkan manusia, termasuk gue! Jadi menurut gue ga ada alasan kenapa gue ga bangun subuh2 untuk merayakan kebangkitan Dia.

Bicara tentang Paskah, jaman masa2 Alkitab dulu dibilang bahwa Paskah bagi orang Israel adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi, dan juga perayaan lepasnya Israel dari Mesir. Pada masa Perjanjian Baru, Paskah adalah kemenangan manusia atas maut yang ditandai oleh kebangkitanNya setelah mati disalib.

Gue dari dulu mengimani dan mengamini itu.

Tapi pada Paskah kali ini, pengimanan gue -terimakasih Tuhan- boleh makin teguh, dengan pemahaman yang lebih dalam lagi bahwa dengan mengalahkan kematian, Tuhan berarti mengalahkan hal yang paling ditakuti manusia selama hidup. Ini membawa makna bahwa penderitaan dan cobaan apapun yang kita hadapi, Tuhan tahu rasanya! Dia punya empati dan bisa ngerasain apa yang kita derita karena Dia udah pernah melalui itu semua. Maut aja Dia tahu rasanya, apalagi cobaan2 yg lain. Itulah kenapa Dia akan setia menemani kita melewati berbagai2 cobaan yang kita hadapi selama hidup, asal kitanya juga setia... Toh cobaan2 itu datang supaya kita bisa makin kuat dan makin banyak berkat yang kita terima.

More over, di masa2 Paskah kali ini gue dimampukan untuk percaya itu melalui contoh nyata yang ada di depan mata gue, yang masih berlangsung. Cobaan dan penderitaan mungkin belum lewat, tapi gue boleh punya pengharapan bahwa ini pasti akan lewat. Seberat apapun beban yang ditanggung, sehancur apapun perasaan, seduka apapun hidup, sebanyak apapun kerikil dan batu tajam yang merobek2 kaki kita, sesakit apapun luka2 itu, sederas apapun airmata yang tertumpah, percayalah bahwa Dia akan menemani kita dan -berdasarkan buku The Secret yang mengajar sikap positif, itupun diambil dari Alkitab- ini semua akan lewat.

Paskah kali ini juga gue boleh bersyukur bahwa gue boleh jadi berkat.. Paling tidak untuk satu orang. Senang rasanya bisa jadi berkat. Sekecil apapun yang gue lakukan, menjadi berkat. Gue udah menjadi terberkati juga dengan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. In fact, Tuhan juga memberkati gue dengan adanya dia di hidup gue. Mgkn melalui jalan inilah gue boleh makin beriman. Gue 'dipaksa' untuk berdoa buat dia, yg membuat gue lebih rajin berdoa dan mendoakan apapun, untuk lebih rajin baca renungan harian, makin percaya lagi. Dia adalah berkat buat gue, seperti gue adalah berkat buat dia.

Semoga kita semua semakin bertumbuh dalam iman dan percaya, dan boleh lebih dibangun lagi.

Happy Easter! God bless you!

Tuesday, March 18, 2008

Olahraga

Yay, yay!
Ayo olahraga!

Setelah sekian lama ga bersentuhan dengan kegiatan ini (lama nginget2, ternyata terakhir kali gue olahraga dalam artian kata yang harafiah, mengkhususkan waktu untuk olahraga, adalah tahun 2007.. sebelum gue pindah ke Jakarta untuk mulai kerja!) akhirnya pagi ini gue memutuskan untuk ikut membership sportsclub deket rumah.

Paket membership ini lumayan juga. Dengan validitas 1 bulan lamanya, gue bisa pake fasilitas kolam renang, fitness dan sauna sesuka2 gue! Harus begitu. Kalo ngga gue ga akan olahraga2. Begitu selesai ngurus admin membership, segeralah gue nyemplung ke kolam.

Berkat ga pernah olahraga sekian lama, renang 2 jam yang terdiri dari gaya bebas (gue juga menggunakan gaya ini untuk melatih kekuatan napas gue) dan gaya dada membuat gue sempoyongan pas keluar dari kolam.. Plus panas terik jam 11 siang.. Badan sakit semua. Otot tegang semua. Lelaaaaaahhhhhh...

Paling pas sekarang adalah..
Tidur.
be - lieve [bi-leev]

–verb (used without object)
1. to have confidence in the truth, the existence, or the reliability of something, although without absolute proof that one is right in doing so: Only if one believes in something can one act purposefully.
–verb (used with object)
2. to have confidence or faith in the truth of (a positive assertion, story, etc.); give credence to.
3. to have confidence in the assertions of (a person).
4. to have a conviction that (a person or thing) is, has been, or will be engaged in a given action or involved in a given situation: The fugitive is believed to be headed for the Mexican border.
5. to suppose or assume; understand (usually fol. by a noun clause): I believe that he has left town.
—Verb phrase
6. believe in,
a. to be persuaded of the truth or existence of: to believe in Zoroastrianism; to believe in ghosts.
b. to have faith in the reliability, honesty, benevolence, etc., of: I can help only if you believe in me.
—Idiom
7. make believe.


'Percaya' (tanpa berdasarkan urutan):
  • Bahwa entah bagaimana aku telah dipilih dan kamu dengan cobaanmu telah dipilih untuk menjadi berkat bagiku
  • Aku adalah berkat dan berkat bagiku adalah dengan menjadi berkat bagi orang2
  • "..kamu percaya bahwa aku mendoakanmu?"; jawabannya adalah "Ya."
  • Di balik semua penderitaan ada tujuan dan rancangan yang luar biasa
  • Bahwa semua baik adanya, dan semuanya dibuat untuk kebaikan
  • Bahwa Dia akan memerhatikan dan menemanimu melaluinya
  • Kekuatan dan kuasa doa itu sangat besar!

Percayalah..

Saturday, March 15, 2008

Sekali lagi

Sekali lagi kekuatan gue diuji. Bukan melalui masalah yang gue alami sendiri, melainkan dari masalah orang lain.

Sekali lagi kekuatan gue diuji. Sampai seberapa jauh gue sanggup mendukungnya?
Sekali lagi kekuatan gue diuji. Sampai seberapa lama gue bisa menahan agar gue sendiri ga ikut jatuh bersamanya, melainkan terus di sampingnya dan menguatkan dia?
Sekali lagi kekuatan gue diuji. Sampai kapan gue akan memegang teguh janji setia gue untuk ada dan bertahan?
Sekali lagi kekuatan gue diuji. Akankah gue makin kuat ataukah akan ada titik gue menyerah?
Sekali lagi kekuatan gue diuji. Sekali lagi ada airmata yang tercurah.

Sekali lagi gue diminta dan meminta untuk sama-sama berjuang dan saling menguatkan dan saling mendoakan.

Friday, March 14, 2008

Keberanian


"I wanted you to see what real courage is, instead of getting the idea that courage is a man with a gun in his hand. It's when you know you're licked before you begin but you begin anyway and you see it through no matter what. You rarely win, but sometimes you do."


Kutipan ini diambil dari novel 'To Kill A Mockingbird' karya Harper Lee yang dipublikasiin 1960. Novel ini menang perhargaan Pulitzer, dan mengangkat isu rasisme di Amerika.


Anyway, gue terkesan dengan kutipan ini, yang kurang lebih berkata bahwa keberanian adalah di kala kita tahu bahwa kita mungkin akan kalah bahkan sebelum kita memulai, tapi kita tetap memulainya. Sekali waktu gue pernah posting ini di blog dengan judul "Quote of The Day".


Seringkali kita takut untuk melangkah atau melakukan sesuatu hal karena takut berhadapan dengan resiko atau takut gagal. Padahal bisa aja hasilnya sepadan (kalo berhasil, ya. Toh kalo gagal pun berarti kita bisa mengukur kekuatan kita sampe mana dan belajar untuk lebih baik lagi, tul?). Atau bisa juga entah malas, atau takut, keluar dari area nyaman kita. Takut keadaan di luar sana malah lebih buruk. Takut keadaan kita ga seenak sekarang, takut orang2nya ga enak, malas untuk memulai lagi, malas untuk beradaptasi lagi dengan hal baru, takut dengan kemampuan kita sendiri alias muncul pertanyaan2 seperti "Aduh, gue bisa ga ya?" atau "Aduh, gue sih ga bisa kayak gitu2!" atau "Aduh, mana ngerti gue dengan hal2 itu?"


Wajar kok kalo muncul pertanyaan2 seperti itu atau kekuatiran2 lainnya di atas itu, tapi beranikah kita untuk terus maju, melawannya dan menjawab pertanyaan2 itu, bukannya mentok sampe sebatas pertanyaan itu aja?

Wednesday, March 12, 2008

Internet access


Sebenernya mungkin gue ga boleh bawa2 nama, merek, atau apapun lah itu namanya. Bisa dianggap sponsor2an.
Eniwei, mulai hari ini gue pake Speedy untuk akses internet di rumah. Kita liat aja tagihan bulan ini.. Bakalan normal atau gila ya? Secara hari ini aja gue udah pake sekian jam.. Cepet bener dweh! Senangnya.. Dibanding yg biasa gue pake. Plus nyokap marah2 karena tagihan bengkak. Sekarang gue malah kelewat merdeka. Mulai dari chatting, browsing, download.. Gawat nih. Demi menghibur diri sendiri dan mencari pembenaran, gue kan sekalian cari2 kerja dan apply.. Hahahaha..

Tuesday, March 11, 2008

A tiring week

Minggu yang melelahkan tapi exciting.

Mulainya dari tanggal 1 Maret kemaren, hari Sabtu. Wellness pampering alias merawat diri untuk persiapan acara nikahan sepupu gue besoknya. Seharian, dan malemnya kita ke venue untuk lihat finalization acara.
Minggu tanggal 2 Maret ga usah dibilang betapa melelahkannya. Bangun jam 4 pagi dari 2-3 jam tidur untuk ngurusin rambut. Untungnya bisa make-up sendiri, walau sentuhan amatir abis tapi lumayanlah.. Berkat konser2 yg memaksa kita harus bisa dandan sendiri. Jam 8 udah akad nikah, dan dilanjutkan dengan resepsi pernikahan jam 11 sampe jam 2an.
Belum tarik napas panjang2, Senin subuh berangkat ke Purwokerto untuk ngelayat Bude gue yang meninggal dunia setelah 2 bulan kurang menderita sakit. 5 jam perjalanan di kereta. Walau tidur, tapi badan tetep capek. Nyampe di Purwokerto, rangkaian acara perkabungan yang ga berhenti dan ga sempet napas, sampe akhirnya pulang lagi ke Jakarta, lagi2 pake kereta, jam 8 malem dan nyampe Rabu pagi jam 1.

Hari Rabu jadi zombie. Awake but not awake. Bangun, tapi rasanya melayang dan ga napak dan ga fully aware.

Kamis ke bengkel untuk servis mobil.

Jumat Sabtu Minggu nonton Java Jazz. Tiap hari selama 3 hari itu pergi dari rumah jam 3 dan pulang ke rumah jam 2 pagi. Plus ngantri yang bikin kaki putus, plus desak2an yang bikin ga bisa napas. Kalo pingsan pun kayaknya tetep berdiri. Penuh setengah mati. Plus lari2 cari spot terbaik deket panggung. Plus teriak2. Plus dancing.

Senin? Janjian pergi. Quality timenya jadi ga maksimal karena kecapean. Tanpa sadar bikin suasana jadi kurang menyenangkan. Maaf..

Ini belum berakhir. Pulang dari Senayan City jam setengah 7 malem, baru nyampe rumah setengah 9...! Kaki mau putus, bensin abis.

Hari ini? Berangkat ke Bandung!

Lord, have mercy!

Saturday, March 8, 2008

Berubah..!

Berubah!
Inget Sailormoon jaman SMP dulu, dari yang awalnya Usagi Tsukino yang bodoh n tulalit menjadi Sailormoon yang “Dengan kekuatan bulan, akan menghukummu!” Tapi gue lebih suka si Sailor Jupiter yang cool abis itu.. Gue lupa siapa namanya. Pokoknya dia tomboy abis dweh..

Ngomong2 berubah, gue baru ngeh gue berubah setelah baca blog temen gue. Selama ini gue berpikir ini hanya satu dari fase hidup gue, sisi2 yang jarang atau ga pernah muncul. Tapi pas gue baca itu, gue tersentak.

Membaca postingan temen gue itu, gue sendiri ga nyangka bahwa gue udah sedemikian berubah. Orang yg di tulis itu seperti bukan gue. Di tulisan itu org ini cewek banget, cewek yang manis dan lembut hati, so sensitive, so unfocused, so ‘I would do anything for love’… Pokoknya so girly. Sangat bukan gue yg rusuh, berangasan, nyolot, ga sabaran :P

a. Berbunga2 krn seseorang mau merencanakan masa depan dengan gue. Dulu? Please. Gue ngeri kalo waktu yg masih cukup awal ada yg udah ngomongin masa depan. Gue ga mau terikat. Ga ada yg ngalahin kemerdekaan menjadi seorang single. Ga ada yg marahin kalo pulang kemaleman, ga ada yg marahin kalo gue makan es di saat gue sakit flu. Suka2 gue aja.. Wonderful life it was. Sekarang? Dengan senang hati gue diomelin, ‘lapor’ ngapain aja gue hari ini, dipaksa pulang sore2, dsb.


b. Memilih berjuang dan tinggal untuk orang ini segila apapun masalah yang menderanya yg mgkn dibuatnya sendiri. Dulu? Salah sendiri! Lagian ga pake mikir sih. Apalagi dengan masalah kayak gitu. Dulu? Ya udah kalo lo ga mau ketemu gue lagi! Gue ilfil! Sekarang? Gue akan berusaha sebisanya untuk ada buat dia. Bodoh? Mungkin.. I was smarter back then, tapi gue toh memilih menjadi ‘bodoh’.

c. Gue pernah bilang, “Action speaks better than words...Really?” Di sana gue menekankan pentingnya statement, sebuah kepastian, supaya jangan kita sampe terbuai oleh perbuatan2 tanpa tahu ada apa sebenarnya. Sekarang? Dia melakukan sejuta hal yang bahkan jauh lebih baik daripada kata2, perbuatan2 yg nyata2 mengatakan sesuatu, dan gue bahkan sempet mempertanyakan pentingnya pernyataan status.

Tapi gue ga keberatan berubah. Karena perubahan ini menurut gue at least membuat gue belajar menjadi orang yg lebih baik. Perubahan adalah baik; orang yang ga berubahlah yg ga mau memperbaiki diri. Waktu chatting, seorang temen nanya apakah dia berubah? Menurut gue, mgkn karena gue sering berinteraksi dengan dia, tanpa sadar gue terus beradaptasi dengan perubahan2nya.

Pengalaman hidup membuat orang berubah.. Seperti yg dialami temen gue di Jepang sana. Memilih untuk hidup dan memulai segalanya hampir praktis dari dasar lagi. Perasaan di hati membuat orang berubah.. Seperti yang gue alamin. Pekerjaan dan hidup di tengah2 masyarakat membuat orang berubah.. Seperti yang sebagian dari kita alamin. Ada yg jadi makin ambisius in a good way, ada yang makin luas pandangan2nya, ada yang makin idealis menjalani kehidupan karirnya. Buat gue skarang 3 hal itu yg bisa mengubah seseorang. Kesemuanya baik.. Membuat org makin bijak. Kalo merasa belum berubah? Cari dong perubahannya! Jangan di dunia itu2 melulu!

So… let’s change! It’s good anyway!

Thursday, March 6, 2008

Siap atau tidak..

“Siap atau tidak, hadapilah tembokmu..!”
Itulah aba2 yang diberikan seorang presenter sebuah acara game di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia saat permainan udah mau dimulai. Acara ini kalo ga salah diadaptasi dari acara permainan serupa di stasiun televisi Taiwan. Gue tahunya dari acara Ellen DeGeneres Show di tipi kabel.

Anyway, kalimat ini mengingatkan gue atas sebuah artikel lifestyle di koran nasional yang berjudul kurang lebih sama. Di situ ditulis tentang menghadapi tembok2 dalam kehidupan, siap atau ngga, dan bagaimana menyikapinya. Sebagai ilustrasi adalah cerita tentang Daud dan Goliat, dimana seperti yang kita semua tahu, Daud yang badannya kecil harus berhadapan dengan si raksasa Goliat. Itulah ‘tembok’nya Daud: Goliat dan bagaimana menghadapi Goliat sendiri. Artikel itu membuat perenungan tentang bagaimana kalo kita terlalu terfokus sama ketakutan kita sendiri, kita ga akan bisa menghadapi tembok itu, apalagi mengalahkannya. Intinya adalah keep your faith in God.

Intermezzo: Pas gue jalan2 di toko buku, gue nemuin buku dengan judul yang sama, tapi dalam versi bahasa Inggris, dan pas gue baca sekilas, contoh2 ilustrasi yang diberikan pun hampir sama. Hehehe, makes me wonder apakah si penulis artikel terinspirasi oleh buku ini.. Seperti halnya gue sendiri..

Tembok2 itu akan selalu kita temui dalam perjalanan hidup kita. Tergantung gimana menyikapinya, tembok itu bisa halangan yang membuat kita menyerah kalah dan ga maju2 dan ga belajar dari itu semua, atau justru menjadi sebuah tantangan yang bisa semakin menguatkan kita dan membuat kita menjadi lebih baik kalo kita bisa melaluinya, no matter how hard it is. Bahkan bukan ga mungkin,seringkali tembok2 itu adalah diri kita sendiri. Ketakutan2 kita, keragu2an kita, kelemahan2 kita.

Emang sih, tembok2 yang kita hadapi ga akan berkesudahan. Tuhan membuat tembok2 itu bukan supaya kita jatuh dan menderita, melainkan supaya kita makin dewasa, makin tabah dan kuat. Jadi di balik satu tembok pasti akan ada lagi yang berikut2nya. Yang lebih mengerikan, yang lebih menakutkan, yang lebih besar. Tapi yang jelas, Tuhan ga akan membiarkan kita ga bisa mengalahkan tembok2 itu. Walau kita tahu bahwa Dia memberi perkara2 yang lebih besar lagi setelah kita melewati perkara2 kecil, di balik itu semua ada keindahan dan kebaikan yang dijanjikan. Jadi, lebih milih mana? Menyerah dan berhenti mencari untuk mendapatkan yang lebih baik lagi, atau terus maju dan memperoleh kebaikan2 berikutnya? ;)

Sekarang ini gue merefleksikan rangkaian tembok2 itu begini: Sebelum tembok itu adalah masa lalu, di tengah2 tembok itu, belum lewat, adalah masa kini, dan seudah tembok itu adalah masa depan. Masa depan kita rencanakan dan persiapkan dengan sebaik2nya di masa kini, masa kini kita jalani untuk memperoleh masa depan yang indah sekaligus untuk melangkah dari masa lalu sebagai manusia yang lebih baik,dan masa lalu? Kita ga akan bisa sampe di masa kini, apalagi di masa depan, tanpa masa lalu. Tapi mari kita jadikan masa lalu sebagai cerminan dan batu loncatan kita sekarang. Masa lalu tetaplah jadi masa lalu. Kalo terfokus sama masa lalu, kapan kita berpijak di masa kini untuk menciptakan masa depan?

Here, now, I‘m with you. We’re walking from the past, living a life in present, and planning the future. Let’s face the walls.