Monday, July 11, 2011

Interpretasi

Gue banyak bergaul dengan istilah ini pada saat aktif-aktifnya di paduan suara. Singkatnya, pemahaman untuk membawakan lagu sesuai artinya, pesan yang ingin disampaikan, cara membawakan, emosinya, dan membawakannya dengan cara menyanyikannya, bukan hanya baca not.

Tapi bukan soal lagu yang mau gue singgung di sini.

Gue pikir, gue telah salah menginterpretasikan arti dari cinta. Jangan salah. Seharusnya, standarnya, idealnya, cinta itu menutupi segala kesalahan, sabar, murah hati, tidak egois, tidak buta, tidak memaksakan apapun yang bukan haknya. Cinta itu manis, lembut.

Tapi gue ada kesalahan dalam interpretasi. Saat ini, dua bulan terakhir ini, yang gue rasakan adalah sedih. Ragu. Perasaan negatif yang berkecamuk. Takut. Gundah. Gelisah. Marah. Murung.

Tapi apa yang salah sehingga gue salah menginterpretasikan cinta, gue sendiri bingung. Ga ngerti. Ga tahu harus mengusahakan apa. Ga bisa santai.. Seharusnya gue hanya perlu duduk tenang,diam, berharap dengan iman. Sepert Daud bilang, "I will be still, know that You are God."

Ini yang jadi PR besar gue.

posted from Bloggeroid

Tuesday, July 5, 2011

Idealisme, idealisme dan idealisme

Seberapa jauh sih sebetulnya kita mau setia?
Seberapa jauh sih sebetulnya kita mau tetap dengan pendirian kita, tanpa tergoyahkan?
Seberapa jauh sih sebetulnya kita mau mempertahankan idealisme kita?

Banyak berpikir, dan akhirnya gue menemukan salah satu dari segudang kekurangan sekaligus kekuatan gue. Idealisme. Standar.

Standar dan idealisme jugalah yang membuat gue terlihat seperti kutu loncat, berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dari satu kantor ke kantor lain. Terlanjur nyaman dan akhirnya menerapkan sebuah standar atas diri gue sendiri, dalam hal pekerjaan, akhirnya gue menuntut yang sama dari pihak manapun, siapapun, yang mempekerjakan gue. Bertemu dengan sistem, dan jika ada satu hal saja yang ga sesuai dengan prinsip, gue memilih untuk beralih ke tempat lain yang gue harapkan sesuai dengan nilai-nilai yang gue anut.

Prinsip. Satu hal yang sangat berkorelasi dengan idealisme.

Hal itu jugalah yang membuat sekarang gue bertengger di kantor baru, kembali ke media dan PR Agency. Dan hal itu jugalah yang akhirnya membuat gue dan teman-teman memutuskan untuk membentuk usaha barengan. Dengan idealisme yang sama, prinsip yang sama, sistem yang sama, interest yang bertemu, kloplah sudah.

Standar dan idealisme jugalah yang membuat gue tetap setia dan bertahan dengan segala perasaan, iman, percaya, kepada satu hal yang sudah terbangun selama hampir empat tahun lamanya. Walau didera dari luar, didera juga di dalam, didera satu sama lain, tapi gue memilih untuk tetap tinggal, apapun resikonya. Idealisme jugalah yang membuat gue terus menggumuli hal ini, dan baru akan mundur kalau Ia sudah menyuruh gue mundur.

So intinya adalah, gue justru bergumul dengan idealisme dan prinsip gue sendiri. Yang sebetulnya adalah, gue harus belajar untuk menggunakannya sebagai kekuatan dan pijakan dan 'gift' untuk maju dan berkembang.