Friday, November 30, 2007

We'll meet again

So will you please say hello
To the folks that I know
Tell them I won't be long
They'll be happy to know
That as you saw me go
I was singing this song

We'll meet again
Don't know where
Don't know when
But I know we'll meet again some sunny day

Keep smilin' through
Just like you always do
Till the blue skies drive the dark clouds far away

We'll meet again
Don't know where
Don't know when
But I know we'll meet again some sunny day

(Words & Music by: Ross Parker & Hughie Charles, 1939)

Friday, November 23, 2007

This is the moment

I think, it finally hits me.

Belakangan ini gue banyak berpikir. Mungkin apa yang sedang gue jalanin sekarang ini terlalu menekan gue sehingga sisi impulsif gue keluar. Tapi toh gue emang berpikir ini udah waktunya. The time has come, and I'm going to make it realized soon, maybe in early next month. I just can take it no longer.

Gue banyak minta pendapat orang, temen2 deket gue, and for real, gue agak kesel karena hampir semuanya bilang, "Ya kalo lo merasa itu benar dan lo menginginkannya, then do it." I don't expect that kind of statement. What I need adalah sebuah pertimbangan yang bener2, mendalam, dan ga terkesan agak 'asal bunyi'. Gue butuh semua aspek yang mungkin ada atas tindakan apa yang akan gue ambil. Gue butuh semua positif dan negatifnya. Gue butuh alasan yang kuat. Bukan untuk melakukannya, tapi lebih ke memberi pengertian kepada diri gue sendiri. Ya gue merasa itu benar untuk dilakukan, tapi toh semua orang yang lagi kalut tentu akan merasa itu benar secara subjektif, kan? That's why I need an objective point of view. I need second opinion.

Dan gue juga coba memposisikan diri gue sebagai gue saat gue kasih pandangan sama temen2 gue yang pernah ada di posisi gue sekarang. Pertanyaan2 seperti, "Apa lo ga merasa itu terlalu cepat?" atau "Coba ditahan2in dulu, gimana?" atau "Apa lo ga mau nyari pengalaman dulu, paling ngga?" atau "Lah kan emang semua tempat selalu ada jelek bagusnya", "Itu kan bagian dari penempaan", dll.

F***, gue kemakan omongan sendiri pada akhirnya. Tapi pada pembelaan gue, I've had it for a year. So I think it's fine to be done. But again, itu hanya sebuah subjektivitas..

Sekali lagi gue temukan satu aspek dalam diri gue, yaitu bahwa gue adalah manusia yang terlalu sosial. Kali, ya. Gue ga bisa dengan budaya individualis, walau at some points I can be standing on my own. I always try my best to do everything, tapi gue tau gue ga akan maksimal kalo 'togetherness atmosphere' itu ga ada. It's not what I call 'a team' if I don't find a friendly situation.

I don't belong in here. Gue kehilangan diri gue sendiri di sini. I'm no longer who I am. Gue kehilangan kelogisan gue, gue kehilangan sisi positif gue, gue kehilangan 'sisi laki2' gue (all about the logic things), bahkan gue kehilangan kesenangan gue, gue kehilangan masa2 dimana gue bisa ketawa terbahak2 sampe sakit perut, gue kehilangan waktu untuk kesenangan gue.

Mungkin karena gue adalah totally a pleasure seeker?

Seorang temen pernah bilang, bahkan gue sendiri sering bilang, "Kalo mau maju, you should get out of your comfort zone." Sekarang gue rasa gue lebih memilih di comfort zone. But anyway, gue bisa kok masuk ke uncomfort zone and make life as long as it has a 'warm' atmosphere. I just cannot make it kalo ga ada suasana kebersamaan di sana. Itu aja sih sebenernya weakness gue.

Wednesday, November 21, 2007

Sekarang

Sekarang?
Apa yang lagi gue rasakan?

1. Lapar. Gue masi di kantor dan tadi siang makan dikit dan sekarang gue menderita lapar. Nyokap di Bandung, berarti ga ada makanan di rumah, berarti gue harus beli. Beli apa ya?

2. Kangeeeeeeeeennnnnnn berat sama nyanyi2 di choir. Padahal baru 3 minggu lalu gue pulang dari Korea abis lomba nyanyi2 sama Musicanova. Dan tadi liat foto2 Ivan di facebook (wah Van gue mempromotekan facebook lo), aduuuuuuhhhh kangennyaaaaaa.... Padahal di Koreanya sendiri gue hampir bosen, tapi begitu pulang malah pengen balik lagi.

3. Kinda blushing... Angels surrounding me and all of sudden my mood boosted and I feel good :)

4. Lelah. Dalam konteks, emotionally. Don't want to talk much about it. Walls have ears and eyes. Maybe soon I have to get out of here.

Friday, November 16, 2007

Medley dan masa lalu

Ada pertanyaan, "Jika anda bisa mengubah satu kejadian di masa lalu anda demi masa depan yang lebih baik, apakah itu?"

Apa ya yang akan gue ungkapkan sebagai jawaban?

Masalahnya gue adalah yang selalu mensyukuri semua yang terjadi pada diri gue, apa pun itu, apa adanya. Pertanyaan ini kan otomatis berkaitan dengan penyesalan, bukan? Gue jarang menyesali hal-hal yang terjadi sama gue. Baik atau buruk masa lalu, toh kita udah ada di masa kini, dan hal-hal itulah yang membangun kita menjadi seseorang yang lebih baik. Ga ada, or at least, jarang ada penyesalan.

Semua terjadi karena ada sebabnya. Bukan kebetulan. Paling tidak, apa yang kita anggap kebetulan, buat orang lain, atau buat Si Pencipta, bukanlah sebuah kebetulan. Misalnya, kayak gue nyetir kemaren. Macet. Trus mobil belakang asyik klakson. Sebel kan. Memangnya dia kira gue bisa maju juga ke depan? Ada alasannya lho kenapa gue berhenti. Ada alesannya kenapa sesuatu itu terjadi. Dan, seolah menguji gue sendiri, tiba-tiba ada motor nyela dan, "duk!" kena mobil gue. Sialan banget.. Just in time gue merenung bahwa semua itu ada alasannya! Duh!

Anyway, gue agak melenceng jadinya. Jadi curhat :P

Tapi, kalo gue dipaksa untuk menjawab, mungkin ada masa di mana gue pengen mengubah masa lalu. Misalnya waktu gue menyakiti hati temen2 gue Juli 2006. Tapi toh mereka udah memaafkan gue, and everything has back to normal.

Ada satu kejadian. Udah cukup lama, tahun 2003 kayaknya. Sampe sekarang gue masih belum bisa banget memaafkan diri gue, walau otak gue yang cukup waras berkata bahwa emang udah jalannya demikian, dimana Tuhan emang mengatur segalanya demikian.

Gue pergi seharian, nenek gue tinggal di rumah, dan gue baru ngasi kabar malem. Jadi seharian itu gue pergi ke Lembang ama temen2 gue, main, makan, hahahehe, ga jelas banget deh pokoknya. Dari pagi. Padahal gue bilang pas pergi paginya bahwa gue cuma ke kampus aja. Dan gue baru pulang rada malem.

Sebenernya sih udah biasa gue pulang malem, urusan nyanyi2 dan hedonisme itu membuat gue sering pulang malem. Tapi biasanya gue ngasi kabar sih. Kali ini, gue ga ngasi kabar sampe malem. Jadi waktu gue pulang, nenek gue marah2 kenapa gue ga ngabarin.

Itu adalah malam terakhir gue melihat dia dalam keadaan sehat walafiat dan berdiri tegak. Besok paginya jam 8, nenek gue kena stroke, dan beliau yang tadinya tegar, tegap, kuat, harus sakit selama satu setengah tahun, ga bisa lagi lari2, ga bisa lagi jalan2 berburu tukang sayur di depan, sampe akhirnya Tuhan panggil di pertengahan 2005.

Mungkin memang begitulah kehendakNya, tapi tak urung gue menyalahkan diri sendiri.
So, kalo gue bisa kembali ke masa lalu, gue berharap gue tidak pergi ke Lembang waktu itu, atau paling tidak, gue ngabarin nenek gue waktu gue mau ke Lembang. Atau apa lah, yang bisa menjadikan itu semua bisa berubah. Kalo saja gue ngabarin beliau, gue rasa beliau sekarang masih sehat, masih lari2 ke sana kemari, ngejar tetangga, ngejar tukang sayur..

Mellow ya gue kali ini? ;)

http://medleymovie.blogspot.com/

Wednesday, November 7, 2007

Glowing..glowing..in the dark..





Lucu ya bahwa ternyata perasaan bahagia bisa bikin wajah kita bersinar2 tanpa disadari. Terutama perasaan yang satu itu.. Yeah, everybody knowslah.

Lucu kalo nyadarin bahwa kalo kita lagi nginget2 seseorang yang 'penting', kita suka senyum2 sendiri. Mau di jalan, mau di toko, atau lagi apa kek, pasti rasanya seneng terus. Dan kita suka jadi tersipu2 sendiri tanpa alasan :D

Perasaan ini ternyata membawa perubahan sama pembawaan kita sehari2. Gue juga baru nyadarin itu setelah gue ngalamin sendiri. Maksudnya, setelah ada orang lain yg ngomong. Gue pernah begitu jatuh hati sama seseorang, dan selalu exciting waktu gue tau akan ketemu orang itu. Kejadian itu berlangsung selama beberapa lama, dan seorang temen bilang, "Wah, belakangan ini muka lo bersinar2 ya! Aura lo kayaknya cerah banget."

Sayangnya perasaan ini ga berlanjut, tapi gue seneng banget gue pernah mengalami masa2 indah itu. Gue ga nyesel. Makasih ya buat orang yang pernah bikin dunia gue bersinar2 :D We're still friends, though.

Sekarang ada temen deket gue yang selalu gue godain, "Aduh, yang lagi in love, mukanya berbinar2 terus nih.. Auranya berseri2 selalu.." dan gue sungguh2 waktu bilang itu, karena itu emang keliatan banget! Bukannya cuma sekedar ngegodain doang lho! There's something different about you.. ;) Tapi itu sih jangankan dianya, gue aja suka senyum2 sendiri kalo mikirin hubungan dia ama pacarnya. Sesuatu yang romantis banget, so sweet, so cute..

Gue sekarang lagi memulai lagi perjalanan gue. Entah apakah yang ini adalah 'ini', gue ga tau. I still barely know this guy. Let it flow ajalah.

Apa sih sebenernya yang bikin kita glowing kalo lagi in love? Apa tekanan darah yang naik ke muka dan bikin muka kita bersemu merah? Atau apa? Atau karena memang begitulah cinta itu? Bisa bikin orang berubah, bikin orang jadi seperti kayak bukan dirinya sendiri, bikin orang senyum2 sendiri, bikin orang bertingkah aneh?

I love being in love..