Tuesday, November 24, 2009

November 2009


Dua tahun?

Setahun yang lalu.. Tidak menyangka akan menulis ini di tahun berikutnya, tapi tetap menantikannya dengan semangat.

Dua tahun. Bukan waktu yang singkat. Ada 2 x 365 hari di dalamnya. Sekaligus, bukan sebuah masa yang lama juga. Namun dalam waktu sedemikian, dua tahun yang lalu gue memulai sebuah perjalanan masa lalu dan sekarang genap dua tahun gue menjalani sebuah masa kini menuju masa depan.

Dua tahun terakhir yang terbaik dalam kehidupan gue, dan gue sangat yakin, menginjak tahun ketiga, it would be even better. Seperti Joel Osteen bilang, I haven't laugh my best laugh yet.

Hari itu, gue bolos ngantor. UPS! Gue memang kurang sehat (mungkin gara-gara stress di kantor), dan di rumah cuma gue sendiri. Selang beberapa malam yang lalunya, sebuah SMS muncul dan berisi ajakan nonton JakJazz 2007. Yeay! Mungkinkah...ajakan date? ;) Jam 3 sore hari itu gue sepakat bertemu di Plaza Senayan. Jadi bangunlah gue dari tidur jam 2 siang, mandi, dandan secukupnya dan berangkat dengan taxi.

Sesampainya di sana, gue duluan nyampe, yang ngajak bahkan masih di kereta (sekarang gue berpikir, dia turun di stasiun mana ya? Karena ga makan waktu lama sampai dia muncul). Jadi gue mengabari dia, gue bilang ketemu di ATM Mandiri saja. Dan gue ga tahu di mana itu ATM, jadi gue nanya dia :P

Pada saat gue mengantri di depan ATM, seseorang menyentuh bahu gue... And there he was :)
The rest is history, and we're living in it. Gue masih sangat mengingat setiap detilnya pertemuan pertama itu. Plus donuts J.Co setengah lusin dan ice thai tea.

Tidak mudah menjalani dua tahun ini, banyak deraan, airmata, tapi juga tawa, dan yang pasti, semuanya penuh berkat. Setiap hal dimaksudkanNya untuk membentuk gue menjadi yang lebih baik lagi, membawa kami menerima lebih banyak lagi berkat.

I have found a bestfriend, a lover, a brother..

Friday, November 13, 2009

Sekitaran Jakarta Fashion Week 09/10

Menjelang Festival Mode Indonesia - Jakarta Fashion Week 09/10.
Masih di kantor, menunggu approval dari sana-sini. Sembari menunggu, gue mencoba melihat apa yang ada di seputaran JFW ini.

Seorang teman yang mengundurkan diri tepat dua hari sebelum perhelatan fashion ini dimulai.
Mengejar-ngejar design untuk undangan, mengejar-ngejar approval Board of Director dan mengejar-ngejar vendor percetakan karena dikejar-kejar Board of Director tersayang. Semuanya saling mengejar.
Chaos urusan produki Wall of Fame. Untung masih punya waktu beberapa hari sebelum acara kita.
Ribet urusan lembar acara untuk Opening Gala Indian Night besok malam.
Sebetulnya semua majalah sibuk, karena semua majalah punya acara masing-masing di rangkaian JFW ini. Semuanya saling senggol bacok: Lo nyenggol gue, gue bacok di tempat.
Gue kebagian salah satu kerjaan yang gue cukup suka melakukannya: Barter. Untuk leisure time foreign media.

Di luar urusan kantor:
Gue mulai menerapkan gaya hidup sehat: Seminggu 2-3 kali berolahraga, mulai mengubah pola makan.
Spion kanan mobil gue patah dan terkulai. Ditabrak mobil dari arah berlawanan, dan ga bisa berbalik dan mengejar karena jalanan sempit.
Nyokap mulai fisioterapi, dan gue senang karena nyokap semangat dan jalannya membaik. Memang perlahan progressnya, tapi membaik.
Seorang teman yang sudah lama menantikan kehamilan, akhirnya hamil juga.

Gue mengalami sebuah periode penuh tekanan emosi dan fisik. Sampai satu titik dimana gue memilih untuk menyerah kalah dan menyingkir.. Tapi gue bersyukur gue tidak melakukan pilihan itu. Sebuah suara di sebelahku menyemangati, menguatkan, dan percaya bahwa gue bisa mengalahkan tekanan dan hambatan itu. "Kamu pasti bisa." Bagaimanapun, memang itu yang gue butuhkan. Sebuah keyakinan bahwa gue pasti bisa, gue punya kekuatan, dan berharga. Bukan orang yang bisa diinjak-injak. Dan gue pun bangkit, semangat, dan entah darimana datangnya, kekuatan untuk berjuang.

Betul kata pendeta gue, rasa bersyukur mendatangkan banyak sekali berkat.

Sunday, October 11, 2009

Sunday afternoon..

I love Sunday.

Saat ini sore udah berganti malam, dan hari amat bersahabat. Ga mendung, panasnya ga terik. Udara ga berat, ga panas, cukup hangat dan enak.

Agak sedikit malas menghadapi minggu yang baru esok hari, tapi harus semangat. Dan itulah kenapa aku menyukai hari Minggu. Kepenatan, kebosanan, kelelahan selama seminggu udah hilang, udah dicharge kembali dengan segala pemulihan, pembaharuan, berkat-berkat baru, dan persiapan yang Dia sedang lakukan atasku untuk menjalani dengan kepala tegak satu minggu mendatang.

Aku ga akan menyangkal bahwa excitement untuk cepat-cepat nyampe ke hari Minggu dimunculkan sendiri olehNya dalam diriku. Menjalani satu minggu, selalu ada saat-saat dimana aku pingin cepat-cepat nyampe ke Minggu. Entah excitement untuk mendapat pencerahan kembali, kekuatan dan semangat baru, atau nyanyikan lagu-lagunya, atau menyampaikan syukur (tentu sebetulnya kalau ini malah jangan sampe harus nunggu hari Minggu), atau ketiganya, tapi kerinduan itu ada, dan aku senang karena Dia menaruhnya di dalam diriku.

Yang tadinya malas banget udah harus memulai hari Senin lagi, pekerjaan lagi, digantikan oleh semangat untuk melakukan lebih baik lagi, penuh dengan ide-ide baru, kemungkinan-kemungkinan baru, alternatif-alternatif baru, dan biasanya, dengan iman aku mengucapkan bahwa aku akan memenangkan setiap hari. Tuhan bersamaku, dan aku selalu yakin Ia akan membawaku memenangkan setiap hari.

Bukankah Ia begitu mempesona? :)

Monday, October 5, 2009

i try, really, at my best..

Gue membohongi siapa sih selama ini? Gue sendiri! Parahnya, gue sendiri! Dan jadinya, korban yang paling rugi adalah gue!

Selama ini gue selalu memandangnya baik-baik saja, dan memang at least itulah yang terlihat di permukaan, di kulit, namun pada kenyataannya itu tidaklah sebaik itu. Orang-orang bertanya, "Gimana?" Ya baik-baik saja. Mungkin karena apa yang dikatakan mulut akan meyakinkan hati, makanya gue mengatakan itu.

Apa kabar gue sekarang? Jujur, tidak terlalu baik. Gue mencoba bersikap jujur terhadap diri gue sendiri.

Gue mencoba, percayalah, gue selalu mencobanya dengan sekuat yang gue bisa. Berpikir positif. Tapi gue juga menyadari bahwa sekarang lambat laun positive attitude itu mulai menguap. Terkikis. Capek rasanya. Ga boleh capek sebetulnya kalau memperjuangkan sesuatu, tapi dengan mengerikan gue mendapati diri gue mulai capek. Dan yang ini gue juga mencoba jujur dan tidak menipu diri sendiri.

Gue menilik diri gue sendiri, apakah ada sikap-sikap gue yang justru bertentangan dengan perkataan gue? Jangan sampai gue ngomong bahwa gue tidak menyukai sesuatu tapi nyatanya gue malah melakukannya. Apakah ada yang tidak masuk akal dengan permintaan gue? Rasanya tidak. Apakah gue memang harus menerima apa adanya karena memang demikian adanya, walau tidak seperti yang gue inginkan? Gue akui memang tidak boleh menyamakan orang lain dengan diri sendiri, tapi bisakah ada kompromi dan jalan tengah? Apakah gue terlalu memaksakan pendapat dan selalu ingin benar sendiri? Kalau gue diinginkan untuk bicara dan lalu gue bicara, kenapa rasanya malah seolah kesalahan dikembalikan ke gue? Diam, salah. Bicara juga salah.

Bantu aku dong.. Harus apa..? Harus gimana..?
Kupikir aku harus berhenti sebentar dan menarik diri.

Saturday, October 3, 2009

yang praktis ajah..

Gue orang yang praktis. Gue menyenangi kepraktisan, memilih menghemat waktu supaya waktu yang tertabung bisa dipakai untuk hal lain.

Praktis nomor 1.
Gue ngga suka mandi lama-lama dan menghabiskan terlalu banyak waktu di kamar mandi, kecuali memang niat mandi lama misalnya ada bath tub. Dalam keseharian, gue bisa mulai dari bangun sampai dengan masuk ke mobil untuk berangkat kantor, it takes only 30 minutes. Mandi bersih, tidak ada satu titikpun terlewat, dan ritual sesudah mandi semuanya terlaksana. Kecuali make up, karena gue ngga suka pakai make up. Cukup moisturizer dan bedak serta sedikit blush on. Cukup.

Praktis nomor 2.
Gue ngga bisa lama-lama menghabiskan waktu memilih baju, walaupun tidak bisa memungkiri bahwa gue lumayan pemilih dalam soal ini. Akhirnya gue suka mematok berapa lama gue boleh memilih baju. Ini biasanya terjadi kalau mau ngantor atau pergi gereja.

Praktis nomor 3.
Gue ngga demen pakai high heels. Koleksi high heels gue cukup banyak, dan gue penggemar sepatu, tapi gue ga menyukai memakai high heels untuk keseharian. Bahkan untuk ngantor. Buat gue, sepatu-sepatu cantik itu adalah untuk kesempatan-kesempatan tertentu aja, seperti pesta atau pergi gereja. Namun mengantisipasi kalau tiba-tiba ada hal-hal urgent, gue menyimpan sepasang high heels di kolong meja kantor.

Praktis nomor 4.
Kalau traveling, gue membawa barang sesedikit mungkin. Ga mencuci kalau dirasa tidak perlu, dan kalau belum perlu ga usah ganti baju. Gue agak heran dengan orang yang demi gaya sampai harus ganti baju beberapa kali dalam sehari. Kalau harus travel dengan koper, pakai koper yang tidak terlalu besar yang kalaupun penuh sesak, gue masih bisa mengangkatnya dengan kedua tangan sendiri. Jangan sampai merepotkan orang lain lah. Makanya gue jarang bawa jinjingan kecil-kecil, selain karena takut kececer dan ketinggalan juga sih.

Praktis nomor 5.
Soal makan pun praktis! Ga milih-milih. Walau bisa sampai bersih banget piringnya, tapi ga lama-lama makannya. Ngapain sih lama-lama? Harus 32 kali mengunyah supaya tercerna sempurna?

Thursday, August 27, 2009

Nyetir dan nyetir

Setelah gue ngelihat tayangan semalam di tv tentang mobil nabrak kuda, gue berpikir bahwa kayaknya orang Indonesia kalau soal nyetir lebih jago. Baca: saking ga pake aturannya, nyetirnya jadi pintar. Hahaha.. Soalnya, sebetulnya mobilnya ga melaju terlalu kencang kok, dan kudanya jelas-jelas ada di tengah jalan, emang si supirnya kaga lihat tuh kuda?

Bicara soal menyetir mobil, sejujurnya gue ga tahu lagi negeri selain Indonesia dimana orang bisa dilegalkan punya SIM tanpa ujian. Orang-orang di Indonesia yang nyetir mobil bisa nyetir mobil tuh dengan belajar sendiri, belajar langsung di arena 'peperangan', betul-betul model nyetir yang naluriah, insting. Bisa ngebut sengebut-ngebutnya dan bisa mendadak ngerem tanpa mencelakakan siapa pun (semoga demikian) dan tetap berhati-hati. Bisa ngambil jalur orang seenaknya (toh mobil di depan masih jauh) dan bisa kembali ke jalur semula setelah nyusul mobil (tanpa kesulitan, cuma kalau ekstrim sih paling deg-degan dikit).

Gue dengan sombong akan mengakui bahwa gue adalah supir yang cukup handal, canggih mungkin, apalagi didikannya di Bandung, yang notabene rebutan jalan ama angkot yang brutal. Gue memacu 160 km/jam di jalan tol (belum kesampaian lebih dari itu), melanggar aturan max. 100 km/jam, menyabot bahu jalan kalau macet, bisa pindah langsung dari lajur kiri ke paling kanan. Bahkan ada istilah gue "lampunya merah muda", alias menerobos lampu merah yang baru saja berubah merah. Bisa juga sambil terima telepon, bahkan texting alias sms! Hahaha..

Gue jadi menyimpulkan, kalau peristiwa kuda itu misalnya terjadi di Indonesia, mungkin tabrakannya tidak terjadi, saking lihainya (dan tanpa aturannya) orang menyetir di Indonesia.

Hahaha.. Parah juga ya Indonesia..

Tuesday, August 25, 2009

Pintu yang tertutup dan terbuka

Akan selalu ada masa-masa seperti ini dalam hidup. Ada pintu yang ditutup, tapi jangan kuatir, pintu yang lain sebetulnya sedang dibuka. Tergantung apakah kita mau melangkah ke sana.

Menghadapi ini tidak gampang. Betul-betul tidak segampang kalau kita mengharafiahkan pernyataan tersebut. Pintu yang ditutup itu bisa jadi sebuah penolakan; penutupan; penyelesaian; keputusasaan; jalan buntu. Bisa apapun yang dengan mudah kita lihat sebagai hal yang negatif.

Kalau capek dengan yang negatif-negatif, boleh dicoba dengan kacamata baru, sudut pandang baru. Well? Penyesuaiannya meletihkan! Bikin putus asa! Pingin nyerah saja! Tapi setelah beberapa waktu, dengan sudah bisa sedikit demi sedikit mengikuti ritme, bukannya tidak mungkin kita malah mendapatkan sesuatu yang baru, yang bisa membawa kita justru semakin berkembang, semakin tahan banting. Coba kita lihat dalam suatu gambaran besar, the whole picture.

Susah yeee...

Saat ini, hari ini, sebuah pintu tertutup di depan gue. Mengejutkan, menyakitkan, bikin susah hati, banyak pikiran. Kepala gue berkata hal-hal yang sudah gue tuliskan di atas, yes I know seharusnya begitu, tapi ngomong doang emang gampang. Mencari dan menemukan sebuah pintu baru, yang pasti memang akan membawa gue ke tahapan yang lebih tinggi lagi, tidaklah mudah. Padahal, kesempatan sedang menunggu untuk gue raih. Sebuah pathway baru sedang dibuat untuk gue, untuk keluar dari comfort zone dan mengembangkan diri lebih baik lagi, dikembangkan lebih maju lagi.

Takut, ragu.
Gimana kalau? Gimana kalau? Gimana kalau? Dan sejuta gimana kalau yang lainnya.
Tapi gue harus bisa. Pasti bisa. Kekuatiran gue belum tentu terbukti, bukan?

Minggu ini juga akan menjadi sebuah minggu yang cukup sulit bagi beberapa orang di sekitar gue. Akan ada pintu baru yang terbuka, akan ada juga pintu-pintu yang tertutup. Yang penting, kita harus yakin, dan imani setiap hal-hal positif yang kita idealkan.

Good luck!
Mari kita berjuang!

Wednesday, August 19, 2009

Kompromi

Kompromi.

Ada yang bilang, kompromi itu mengalah. Ada yang bilang, kompromi itu tawar-menawar demi tercapainya win-win solution. Bisa juga kompromi itu adalah toleransi. Cari jalan pintas? Saling pengertian? Penyesuaian? Bukannya malah akan jadi melebar menjadi negosiasi?

Kenapa sih orang berkompromi? Kenapa orang butuh untuk berkompromi?

Kalau dua orang bertikai atau berselisih pendapat, gimana sih mendamaikannya? Kompromi? Atau mengalah? Mengalah banyak atau mengalah sedikit? Lalu, mengalahnya karena memang pihak kita yang salah atau karena sebetulnya kita benar tetapi demi damai, jadinya mengalah? Itu artinya setuju, atau tidak setuju?

Kalau akhirnya lalu mengalah, apakah kita bisa menerima kekalahan itu dengan lapang dada, ikhlas, atau malah sebaliknya?

Seberapa jauh sih kita harus mengalah demi tercapainya pemenuhan konsep kompromi tersebut?

Apa sih kompromi itu jadinya?

Wednesday, August 5, 2009

10 things..

Mengejutkan sekali menemukan fakta bahwa ada yang Tuhan tidak bisa lakukan. Sepuluh adalah banyak, dan siapa sih yang pernah berpikir bahwa ada hal yang Tuhan tidak bisa?

1. Tuhan tidak bisa lelah. Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidakmenjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. - Yesaya 40:28

2. Tuhan tidak dapat melakukan pekerjaan yang tidak bisa Dia tangani-Nya. Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untuk-Mu! - Yeremia 32:17

3. Tuhan tidak dapat tidak kudus. "Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" - Yesaya 6:3

4. Tuhan tidak dapat berat sebelah. Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. - Kisah 10:34-35

5. Tuhan tidak dapat ingkar janji. Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. - Mazmur 89:35

6. Tuhan tidak dapat mengingat-ingat dosa umat pilihan-Nya yang sudah ditebus-Nya. "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu. - Yesaya 43:25

7. Tuhan tidak dapat membuat seorang jadi pecundang (orang yang kalah). Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalanakan Dia di mana-mana. - 2 Korintus 2:14

8. Tuhan tidak dapat meninggalkan Anda. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." -Ulangan 31:6

9. Tuhan tidak dapat berhenti memikirkan Anda. Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!J ika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau." - Mazmur 139:17-18

10. Tuhan tidak dapat berhenti mengasihi Anda. Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu." -Yeremiah 31:3

(diambil dari www.jawaban.com)

Friday, July 3, 2009

Langkah

Satu lagi teman pergi mengejar cita-cita. Sebuah langkah yang besar, beresiko, penuh tantangan, namun sebuah langkah untuk menjadi lebih baik lagi.

Hari ini banyak sekali peristiwa 'perpindahan' yang terjadi di sekeliling gue. Perpindahan dari satu zona nyaman menuju zona yang baru, sedikit berbahaya tapi menjanjikan keadaan yang lebih baik saat kita sanggup dan yakin untuk bisa memenangkan itu semua :)

Meninggalkan satu titik, menuju satu titik lain di depan. Ada harga yang harus dibayar, ada resiko yang harus ditanggung, ada konsekuensi, ada pengorbanan. Tinggal pilihan kita, manakah yang akan kita korbankan.

Namun apa yang dimulai baik, akan diakhiri dengan baik.

Saturday, June 20, 2009

Pertikaian tiga pihak

Akhir-akhir ini isu klasik gue sering kumat. Munculnya kontroversi antara hati dan otak yang ga bisa gue hindari karena satu dan lain hal.

Belum lagi sekarang muncul pihak ketiga, egoisme.

Otak gue yang waras berpikir waras, apa yang seharusnya, bagaimana yang ideal, pokoknya sewaras-warasnya.
Hati gue merana, karena keinginannya bertentangan dengan otak, namun di lain pihak terpaksa mengakui bahwa pemikiran si otak benar adanya.
Egoisme? Pingin menang sendiri dan ga mau peduli dengan si otak dan si hati. Ga peduli dengan konsekuensi, ga peduli dengan kepentingan pihak lain, pokoknya dia mau begitu ya harus begitu adanya.

Gue terjepit.
Lelah dan sedih, karena otak gue berpikir waras tapi hati gue merana karena menginginkannya, dan egoisme gue memaksakan bahwa gue harus memperjuangkan hak gue (tapi si otak mengatakan bahwa jika gue membiarkan si egoisme maju bertempur, gue ga akan menang).

Aduh, bingung.
Apakah gue harus mengalah dan membiarkan otak menang, tapi jadi bersedih hati?

Tuesday, June 9, 2009

Dulu gue beranggapan ada-ada aja kalau di novel ada kiasan, "Kesunyian yang begitu bising." Dua hal yang begitu berbeda, kan? Sangat berlawanan artinya, tapi malah digabungkan dalam sebuah kalimat yang menyatakan kesetaraan makna. Bagaimana mungkin ada kesunyian yang begitu bising? Kalau sunyi ya sunyi. Bising ya bising.

Seiring perjalanan menjadi dewasa, pada akhirnya gue mengerti benar seperti apa rasanya "Kesunyian yang begitu bising" itu. Bahkan juga kesepian yang begitu ramai, begitu nyaring, sampai terkadang menyakitkan. Begitu bergaung, dimana pada saat gue mencapai sebuah titik, gue merasa amat lemah, tidak berdaya, tidak punya kekuatan. Cuma ingin menghempaskan diri dan membiarkan kelenjar airmata berproduksi maksimal. Bagaimanapun, itu artinya gue punya mata yang sehat, kan?

Saturday, May 30, 2009

Tahun dan tanda

Kamis lalu, gue dan beberapa orang teman kantor berencana (sebenernya rencananya baru terbentuk menjelang jam pulang kantor) nonton Terminator: Salvation. Ga jauh-jauh, di Setiabudi One. Tapi karena sebagian dari kami baru kelar meeting dengan klien jam 7 malam, alhasil kita jadi agak terburu-buru ngejar film yang diputar 7.30. Udah punya tiket sih, tapi kan kesel aja kalau ga bisa lihat dari permulaan.

Anyway, bukan itu sih yang mau gue bahas.

Alkisah, semuanya bermula di tahun 2003. Singkat kata, loncat deh ke tahun 2018, dimana digambarkan di masa tersebut, ras manusia udah semakin berkurang, dimusnahkan oleh robot-robot yang hendak menguasai bumi, semua hancur lebur, bangkai-bangkai kendaraan berserakan, gedung-gendung tinggal runtuh... dan sebagainya.

Yang kemudian membuat gue berpikir, apakah ga gegabah ya, yang membuat skenario cerita ini? Maksud gue adalah, astaga, 2018 tuh cuma tinggal di depan mata! 9 tahun dari sekarang! Gue akan masih di umur 30-an, yang mana gue yang sekarang optimis bahwa pada masa tersebut, begitu banyak kelimpahan berkat dalam hidup gue. Yeah, oke, gue bukan peramal dan gue juga tidak akan pernah tahu seperti apa jalan hidup yang ada di depan, tetapi menurut gue sih terlalu gegabah, ceroboh, menggambarkan bumi dalam 9 tahun akan berbentuk seperti itu.

Banyak contoh-contoh ngawur yang sebetulnya udah ada sejak lama. Misalnya seperti Y2K sembilan (yup, sembilan!) tahun lalu, yang memunculkan isu tanggalan komputer akan ngaco, terus ada isu kiamat pula, ditambah ada film "End of Days", dan banyak rumor mengelilingi tahun millenium itu. Nyatanya? Semua aman-aman aja sampai sekarang. Sembilan tahun berselang dan isu-isu tersebut ga ada yang menjadi kenyataan.

Lalu ada lagi isu kiamat 2012. Katanya, itu adalah perhitungan ilmuwan-ilmuwan tentang usia bumi, lempengan-lempengan pembentuk bumi yang akan retak, daratan akan tenggelam, whatsoever itu, tapi, haloooohh! 2012 tuh tinggal 2,5 tahun lagi! Agak-agak gegabah menurut gue.

Memang, bukan berarti gue mengabaikan tanda-tanda jaman. Gue setuju, kita semua harus tetap waspada menghadapi tanda-tanda akhir jaman, bukannya ongkang-ongkang kaki dan semena-mena. Namun jangan terlalu gegabah deh. Bukan seperti itu caranya mengingatkan orang-orang tentang akhir jaman. Gue tidak menyangkal bahwa bukan tidak mungkin memang 2,5 tahun lagi akan ada kejadian-kejadian apa, justru gue setuju dengan kiamat bisa datang kapan aja. Tergantung Yang Punya Kuasa, Dia mungkin tinggal menghela napas doang, dan wuuuuuuttt... Habislah semuanya. Siapa tahu? Tapi dengan cara yang sama, jika Dia menghendaki, walau sampai habis bumi berlalu, sampai siang malam menyatu, manusia akan tetap ada dalam pemeliharaanNya, dan gue memimpikan tampilan bumi yang justru diliputi kemulianNya menjelang akhir jaman.

Menurut gue, bukankan lebih baik dalam menghadapi tanda-tanda jaman ini, kita melakukan apa yang terbaik dari kita seturut dengan rencanaNya? Tetap bersandar padaNya, membawa diri padaNya, semakin menjadi berkat bagi orang lain, semakin menjadi perpanjangan tanganNya?

Mungkin kita harus belajar untuk menjadi lebih bijak dalam menghadapi tanda-tanda akhir jaman.

Kok jadi serem ya?

Wednesday, May 20, 2009

indah

Siapa sih yang ga pingin jadi indah?
Membayangkan bunga matahari di padang rumput (bunga matahari tumbuh di padang rumput ga ya?), menantang angin, berseri-seri, ceria, indah, cantik.

Tetapi memberi diri untuk dibuat indah, itu hal lain. Tidak segampang itu menjadi indah, tidak hanya dalam semalam saja, tidak dalam sekejap mata. Memberi diri untuk dibuat indah, itu hal yang berat, penuh tantangannya. Ditempa, dibanting sana-sini.

Pernah membayangkan berlian? Untuk jadi indah, harus digosok, harus dimurnikan, ditempa. Setelah melewati serangkaian proses yang sulit, berat, menyakitkan, barulah dia bisa menjadi berlian yang seberlian-berliannya.

Melalui serangkaian pengalaman yang tiada henti selama hidup dan bernapas, aku ditempa, dibentuk, didewasakan. Memberi diri untuk dijadikan indah oleh Dia, jangan dikira isinya senang-senang. Namun upahnya, tuaiannya, amat besar. Memberi diri kepada Sang Bapa, berarti siap untuk diukir, dipahat, digosok sana-sini. Berarti siap untuk ditempa, didera, sulit, dengan airmata, dengan jeritan. Rasanya mungkin seolah-olah seperti Tuhan hilang atau bersembunyi, namun sebetulnya dalam keadaan diri kita yang paling rendah itulah kita diajar untuk mencari dan mendapatkanNya, dibantu untuk menyadari bahwa Dia selalu ada untuk kita, dibantu untuk menemukan Dia dan membiarkan Dia mencurahkan sepenuh-penuhnya kasih sayangNya. Belajar untuk bersandar penuh padaNya, belajar untuk mempercayakan segalanya padaNya, belajar untuk membiarkan Tuhan memeluk kita.

Bukan perkara mudah. Ada kalanya di saat-saat pemurnian yang menyakitkan itu kita berbalik, sedih dan marah. Padahal, Dia tidak pernah meninggalkan kita, selalu menemani kita dengan setia.

Suatu kali, pernah aku baca bahwa orang yang paling bersyukur adalah orang yang pernah dibawa oleh Tuhan sampai ke titik terendah dalam hidupnya, karena pada saat itulah ia benar-benar merasakan dibawa kembali naik olehNya, lebih indah, lebih mulia.

Kudatang ya Bapa dalam kerinduan
Memandang keindahanMu
Kuberikan segalanya semuanya yang ada
Kuingin menyenangkan hatiMu oh Tuhan

Jadikan aku indah
Yang Kau pandang mulia
Seturut karyaMu didalam hidupku
Ajarku berharap hanya kepadaMu
Taat dan setia kepadaMu Tuhan

Wednesday, May 13, 2009

Salah orang..?

Gue lagi senang mengangkat topik tentang hubungan.

Tadi pagi sambil berangkat ke kantor, gue mendengarkan (dan akhirnya jadi menyimak) siaran radio pagi sebuah stasiun radio terkemuka di Jakarta. Semenjak masih ngantor di tempat lama dulu gue selalu mendengar siaran radio ini di jalan.

Topik yang diangkat tadi pagi adalah perempuan yang (nasibnya) sering banget terjebak hubungan asmara dengan pria beristri. Bukan karena kesengajaan, tapi entah kenapa seperti 'kutukan'. Kejam sih kedengarannya, tapi yang gue maksudkan adalah karena itu berulang lagi dan berulang lagi.

Intermezzo: Ini membuat gue teringat salah satu khotbah di gereja, yang mengambil contoh seorang wanita yang selalu terjebak hubungan dengan laki-laki beristri, sampai-sampai dia datang ke pendetanya dan bertanya apa yang salah dengan dirinya.

Kembali lagi ke siaran radio tersebut, gue kaget juga mengetahui ternyata banyak sekali kasus seperti itu. Si radio berhasil mewawancarai beberapa wanita yang mengirim sms untuk berbagi hal itu, tentunya dengan tidak mengekspos nama. Bukan dengan sengaja lho, si perempuan menjalin hubungan dengan laki-laki beristri itu (kalau sengaja mah emang dianya aja yang kegatelan dan sinting), tapi lebih seringnya baru mengetahui bahwa si laki-laki ini beristri setelah beberapa waktu menjalin hubungan. Lalu putus deh. Ngerinya, itu berulang lagi. Si perempuan sampai bilang, "Apa sih yang salah dengan gue, sampai-sampai gue selaluuu aja didekati justru oleh pria beristri.." Itu sampai 2-3 kali berulang, katanya. "Kenapa sih ga cowok single aja yang deketin gue? Kenapa selalu terjebak sama cowok yang udah merid?"

Ada ya ternyata kejadian seperti itu?
Ini jadi seperti 'kutukan'. Tiap kali dekat dengan laki-laki, ternyata laki-laki ini udah beristri. Dan kasus ini bukan cuma terjadi sama 1-2 orang wanita, tapi banyak. Responden yang mengirimkan sms aja ada 50. Bayangin!

Prihatin gue dengan situasi ini.
Kemudian si penyiar bilang bahwa dia pernah bertanya dengan temannya seorang psikolog, kekuatan pikiran bisa turut mempengaruhi hal ini. Sang 'korban' justru harus mensugesti dirinya sendiri supaya ini ga kejadian lagi. Kalau dia memercayai (walau secara tidak sadar) bahwa udah nasibnya selalu didekati laki-laki beristri, maka itu akan terjadi lagi dan itu akan melekat sama dia. Ini akan menimbulkan trauma tersendiri yang bikin si cewek akhirnya ragu untuk membina sebuah hubungan.

Iya kan?
Yah, hanya sebuah pemikiran.

Tuesday, May 12, 2009

Sang Lelaki

Siapa sih Robert Pattinson?
Pemeran Edward Cullen di film Twilight.

Hari Sabtu lalu, gue dan dua sister magazine gue menjadi media partner acara ulang tahunnya Robert Pattinson. Seems to me bahwa seisi komunitas ini jatuh hati pada sosok si Edward Cullen ini, sesosok vampir ganteng (menurut gue ga ganteng) yang (menurut orang-orang lain) tipe lelaki yang sangat ideal bagi perempuan. Seolah tanpa cela, satu-satunya yang seakan menjadi kekurangan adalah karena dia vampir (yang bisa hidup ratusan tahun, dimana pada saat gadisnya menua, dia akan tetap muda).

Dia selalu ada buat Bella, lakukan apapun buat Bella, berikan segalanya buat Bella. Dia nemenin Bella waktu tidur di malam hari, walau yang bersangkutan ga tahu.

Intinya, sosok laki-laki yang amat sempurna.

Namun apakah memang sosok seperti itu yang diinginkan setiap perempuan? Gue sih percaya bahwa tiap cewek punya sosok lelaki idealnya masing-masing. Yang lebih-lebih bodoh adalah perempuan yang udah punya pacar atau bahkan menikah, tapi teteup bandingin dengan Edward Cullen. Astaga, get out deh.

Buat gue pribadi, kayaknya malah membosankan ya kalau cowok kita seideal itu. Justru, menurut gue, yang asyik adalah dengan belajar menyesuaikan satu sama lain. Belajar untuk ga egois, di saat yang sama belajar untuk berkompromi banyak hal dengan cowok kita. Melalui itu semua justru sebuah hubungan dibangun, diri kita makin dewasa. Agak tidak dewasa dengan semua hal harus mengikuti keinginan kita, seneng-seneng doang tanpa ada sedikit rasa sakit yang menjadi pembelajaran diri. Lalu juga dia menjadi overprotected akan kita. Ruang gerak menjadi terbatas.

I tell you.
I met this imperfect guy, we're going out together, banyak sekali tantangan, banyak sekali penyesuaian dari kedua belah pihak, banyak sekali airmata, namun ada juga banyak sekali tawa, ada banyak sekali halangan yang sudah dimenangkan bersama, banyak sekali pendewasaan, banyak sekali berkat.

What makes him perfect, is that he is so imperfect.
Edward Cullen bukanlah sosok ideal gue, walau mobilnya banyak, rumahnya besar, kekayaannya selangit, waktunya begitu tercurah buat ceweknya.

Wednesday, April 29, 2009

Enjoying blind salary


Sembari menulis postingan ini, gue menyeruput secangkir kopi panas. Ini bukan di pagi hari lho, melainkan siang hari, setelah jam makan siang, dimana kekenyangan melanda dan kantuk menyerbu, plus kantor yang dinginnya kayak kulkas. Ketahuan deh gue eating blind salary alias magabut alias makan gaji buta. Hehehe..

Ngomong-ngomong kopi, gue termasuk penyuka kopi. Ga sampai tergila-gila dan maniak sih, tapi gue membutuhkan secangkir kopi paling tidak di pagi hari untuk menjaga mata gue tetap terbuka sampai jam kantor berakhir. Melewati Starbucks atau Coffee Bean, gue selalu senang dengan aroma kopi yang tajam, hangat, menyegarkan. Di masa kecil dahulu, Papa seringkali melarang gue menyeruput sedikit aja kopinya. "Anak kecil kalau minum kopi bikin bodoh," gitu katanya. Tapi gue tetap suka mencuri-curi. Hehehe.. Uenakkk. Bodoh? Urusan belakangan deh. Hahaha..

Itulah kenapa gue terkadang agak bingung dengan teman-teman yang menyatakan ga suka kopi, atau mencium aromanya aja udah ga nyaman. Iya sih, ini soal selera, ga bisa dipaksakan atau dipertanyakan.

Bicara soal kopi, gue punya pengalaman (sebetulnya ini pengalaman seseorang sih) lucu tentang kopi. Pada waktu itu si empunya pengalaman lagi ngantuk berat. Kemudian dia mulai sibuk cari-cari kopi, dan ketemulah suatu tempat untuk ngopi di satu sudut Jakarta (dekat dengan kantor gue sekarang). Dia memesan kopi tubruk. Oke. Dan...plus es batu.

Seketika deretan tempat itu ramai dengan suara tawa orang-orang...
Sebetulnya lucunya biasa aja, tapi kalau ada yang bisa melihat raut mukanya waktu itu (kenyataannya cuma gue yang lihat) niscaya akan tertawa juga :D

Di mana anakku..? Di mana anakku..?

Hari ini (tepatnya, setengah jam yang lalu) teman gue tiba-tiba nanya soal feature baru Google, Google Latitude. Si Google Latitude ini konon kabarnya bisa melacak siapapun yang kita ingin tahu dia ada di mana. Lokasinya di mana. Gue jadi teringat, pernah baca soal ini di majalah (berhubung gue sekarang tenggelam dalam lautan majalah, gue ga tahu tuh majalah apa yang gue baca), cuma waktu itu belum sempat diulik karena sibuk.

Tadi setelah teman gue menyebutnya, gue langsung buka Google. Mau browsing, maksudnya. Pingin tahu sebetulnya dia bisa ngapain aja. Ternyata Google Latitude ini untuk menggunakannya, kita harus punya account Google dulu, yang mana gue ga punya. Kemudian kita bisa invite teman, sahabat, keluarga, kolega, siapapun untuk bergabung dengan Google Latitude.

Yah gitu deh kira-kira. Gue kan ga dibayar oleh Google Latitude untuk mempromokan featurenya :P

Anyway, lucu juga sih feature ini. Buat lucu-lucuan, seru memang. Mungkin penting bagi orang tua yang anaknya suka ngilang-ngilang. Apalagi di jaman serba ga aman seperti sekarang. Untung jaman gue kanak-kanak dahulu ga ada feature gini-ginian. Hehehe..
Fetaure ini mungkin penting juga buat pasangan yang rumah tangganya gonjang-ganjing gara-gara pihak ketiga atau gara-gara salah satunya suka mabuk atau apa. Gosip banget sih ya.

Namun, personally, gue ga mau lokasi gue berada bisa dilacak oleh orang-orang, siapapun itu. Ga bisa kabur dari klien, ga bisa kabur dari atasan, ga bisa kabur dari orang yang ga pingin gue temui. Ngaku ajalah, sering juga kan kita malas, jangankan dihubungi (biar berdering-dering sampai gila tuh telepon, ga bakalan diangkat) ini apalagi diketahui keberadaannya.

Apalagi dengan gebetan, pacar, whatsoever it's named, pada awalnya mungkin asyik menuntaskan rasa penasaran kita dengan mengetahui dia ada di mana. Tapi kalau dibalikin, gue sih ga mau dilacak atau diketahui gue ada di mana. Even oleh gebetan, pacar, kekasih atau apapun itu namanya. Perhatian sih boleh, senang banget malah diperhatiin, tapi kalau sampai dicari lewat Latitude, namanya kelewatan. Berarti dia ga percaya sama gue. Toh gue juga kan ga akan berlaku aneh-aneh atau pergi ke tempat yang aneh-aneh, lagipula biasanya saling kabari ada di mana. Vice versa, seharusnya kita juga belajar percaya dengan dia, kan?

Eits, bukan berarti gue mengalami 'teror' itu ya. Sama sekali ngga. Malah kadangkala percaya banget (kalau 'terlalu percaya' konotasinya jelek), sama-sama saling percaya aja...

That's the point of being in relationship kan? Komunikasi dan saling percaya.
Hehehehe, sedikit jadi ga nyambung.

Hanya berbagi cerita.

Thursday, March 19, 2009

curhat

Apa sih curhat?
Curahan hati. Yup, orang gila juga tahu itu.

Curhat itu enak. Berbagi. Bukan maksudnya mau berbagi beban supaya yang dicurhatin ikut-ikut menanggung beban kita, tapi supaya ada sudut pandang lain, yang mungkin aja bisa mengubah sudut pandang kita akan beban itu menjadi sesuatu yang bisa disyukuri.

Akhir-akhir ini gue butuh banyak sekali curhat. Butuh tangan yang menggenggam tangan gue, butuh bahu yang bisa disandari, butuh telinga untuk mendengar atau bahkan untuk berbagi dalam keheningan, butuh hati yang memahami, butuh otak yang membantu mencarikan solusi, butuh mulut yang mengucapkan penghiburan, butuh ditemani dan ada bersama gue.

Ya, tentu, agak sulit untuk mewujudkan semuanya dalam satu waktu yang sama ataupun dari satu orang yang sama. Keterbatasan ruang, waktu, dan sebagainya menjadi penghalang.

Tapi gue tetep berusaha bersyukur.. Ada Dia yang bisa memberikan itu semua bersamaan waktu dan PribadiNya..

Monday, March 2, 2009

mind reader


Kemampuan menjadi cenayang?

Hmmm.. Kalau boleh tawar menawar, ga mau. Bukan berarti gue dikasih gift itu oleh Tuhan juga. Namun menurut gue memang ada hal-hal yang memang sebaiknya gue ga usah tahu.

Beberapa waktu belakangan ini, gue sering 'sehati' dengan orang-orang yang jauh secara fisik. Misalnya, suatu waktu di minggu lalu gue iseng mengirim SMS ke teman dekat gue sekedar untuk menanya kabar. Bersambut dengan akhirnya kita dinner bareng di salah satu resto di Mega Kuningan. Belakangan, gue baru tahu bahwa pada saat gue SMS dia, dia lagi baca blog gue ini dan lagi berpikir gue lagi ngapain.

Yang berikutnya terjadi waktu gue SMS teman gue di Bandung, nanyain kabar dia. Tahu-tahu dia membalas dengan balik nanya apakah gue punya kemampuan membaca pikiran, karena bertepatan pada saat itu dia lagi tiba-tiba teringat akan gue, eh selang beberapa menit kemudian gue SMS. Dan itu bukan yang pertama kalinya terjadi.

Jadi teringat juga, beberapa waktu silam gue pernah 'dibaca' oleh seorang teman di kantor. Dia bilang bahwa salah seorang teman semasa kuliah sedang bertanya-tanya di manakah gue sedang berada. Hmmm... Padahal cukup jelas ya, siapa di sini mind readernya.

Yah, menurut gue itu berarti bagus.. Artinya gue punya keterikatan yang cukup kuat dengan sahabat-sahabat gue, dan membuat gue lagi-lagi bersyukur dikelilingi teman-teman baik :)

Sunday, February 15, 2009

on nearly 4 hours after Valentine's Day

Valentine tahun ini?

Hmm.. Not more on myself and my dearest one.
Bagaimanapun, bukan suatu penyesalan besar (kecil sih sudah tentu). Hal positif yang bisa gue lihat dan alami adalah bahwa gue membantu orang-orang untuk merayakan Valentine's Day-nya.

Di hari Valentine, event pertama gue sebagai promotion executive sebuah majalah akhirnya terlaksana. Menyenangkan, sedikit kehebohan di sana-sini, namun gue puas dan bersyukur karena semuanya boleh berlangsung dengan baik, semua orang senang, apalagi peserta event yang dimanjakan oleh treatment-treatment di spa, makeover, dinner di salah satu kafe di Menteng (semenjak jadi Promotion Executive, gue semakin menyadari arti pentingnya sebuah nama atau brand), plus dapat hadiah-hadiah lagi. Walaupun kaki sakit banget, sedikit lecet, agak batuk dan masuk angin, namun gue puas.

Yang sedikit agak terbengkalai justru my own Valentine's Day. Agak sedih juga saat mengakhiri hari, karena kesempatan yang cuma sejam lewat dikit doang ga bisa gue perlakukan dengan sebaik-baiknya. Capek mungkin adalah alasan, namun sebetulnya itu ga bisa dijadikan alasan. Kenapa gue tidak bisa memberi diri sama baiknya, or even more, to the dearest one daripada kepada orang-orang yang gue 'layani' tadi? Seharusnya Valentine's Day bukan hari dimana gue merasa gloomy, tapi perasaan itu ada :( Bagaimanapun, gue mendapat hadiah Valentine pertama gue... Senangnya :)

Memang, Valentine's Day hanyalah sebuah simbol. Ga perlu diperlakukan dengan sebuah seremonial yang berlebihan, karena perasaan sayang bukan 'ditabung' untuk dicurahkan setahun sekali kok. Justru harus diungkapkan setiap waktu demi semakin bertumbuhnya hal-hal yang dijalin. Tapi gue juga setuju bahwa momen-momen seperti hari ini bisa menjadi sebuah momen yang lebih manis daripada biasanya.

This is my second one with the dearest one.
Tahun lalu adalah yang pertama, dan tidak akan pernah jadi yang terakhir.
So, I'm excitingly waiting for our next one.. ;)

Wednesday, February 4, 2009

gaya..?


Ada apa dengan menjadi perempuan?

Gue seringkali bingung dengan gaya perempuan. Yah, maklum, baru beberapa tahun belakangan ini gue jadi perempuan, sebelumnya ya perempuan jadi-jadian. Minjam istilah teman gue.

Gaya gue? Apa adanya. Tapi tetap harus necis. Buat gue, first impression itu penting. It's important to bring yourself up and make the crowd notice you. Memarketingkan diri sendiri lah.. Tapi penting untuk tetap nyaman. Menurut gue.

Itulah kenapa gue kadang-kadang agak heran dengan perempuan-perempuan yang 'berkeliaran' di mall kala weekend (gue sih ga mempermasalahkan nge-mall-nya karena jujur gue juga demen keliaran di mall, walau cuma beli jendela alias window shopping doang) dengan high-heels! Waduh.. Buat gue udah cukup lima hari dalam seminggu gue mendera kaki-kaki gue yang malang dengan heels, di kantor aja gue keliaran ksana kmari nyeker atau pake sandal jepit, ga perlu ditambah dengan di hari dimana gue bebas pake apapun semau gue senyaman gue, gue pake heels. Gue memang pecinta sepatu, termasuk high-heels, tetapi bukan untuk jalan-jalan atau menikmati waktu. It's just not my idea of having fun, juga dengan dearest ones.

But then again, ini cuma pikiran gue doang. Orang lain belum tentu.

Lalu ada juga soal make-up. Jujur, gue ga suka pake make-up. Buat gue, make-up cuma dipake kalo undangan atau konser. Sekarang nambah deh listnya, yaitu kalo meeting ketemu klien. Kalo ngga? Ya tampil polos apa adanya. Cuma pelembab, bedak, sedikit blush-on plus lipbalm ga berwarna. Bahkan gue sering diprotes dia karena bibir gue pucat (biarin, yang penting kan ga kering dan tetap oke). Lah, kalo pake lipgloss, dijilat-jilat juga warnanya ilang...

Tetapi, balik lagi, itu gimana masing-masing sih. Cuma sekedar pemikiran doang.

Saturday, January 31, 2009

murung

Saat ini gue betul-betul merasa seperti orang yang ga bersyukur. Kerjanya mengeluh melulu. Bukannya mensyukuri apa yang ada pada gue saat ini, gue malah murung, kesal, sedih, menginginkan apa yang ga bisa gue miliki.

Padahal, banyak sekali hal yang bisa gue syukuri saat ini. Gue dikelilingi orang-orang yang menyayangi gue, gue ga kekurangan suatu apa, gue punya pekerjaan, di sisi lain gue punya weekend untuk menarik napas dan beristirahat, walau capek setengah gila gue punya kaki yang sehat untuk jalan kaki, gue punya mata yang sehat untuk menangis, gue punya stamina yang bagus untuk menembus hujan.

Tetapi gue akui, ada kalanya di saat-saat ga bekerja, gue merasa ada ruang yang kosong yang butuh untuk diisi ulang (bukan soal free-flow soft drink atau refill pulsa ya). Dulu di kala belum kerja, gue bisa kapan aja mengisi ulang atau minta diisi ulang sebelum benar-benar kosong. Sekarang waktu jadi berkurang, dan kadang-kadang kekosongan seolah makin terasa karena... Yah, makin dewasa, makin tua, gue harus menyadari bahwa tidak selalu apa yang gue inginkan itu tercapai. Yang terkadang jadi masalah buat gue adalah ada kalanya itu begitu mendera sampai rasanya sakit.

Yah.. Sedikit kemurungan di kala weekend. Gue yang biasanya gembar-gembor menyarankan orang untuk bersyukur, ternyata juga butuh orang-orang yang memaksa gue untuk bersyukur.

Thursday, January 29, 2009

komunikasi

Ini bukan soal yang berat-berat tentang komunikasi. Cuman sekedar berbagi pengalaman berkaitan dengan komunikasi yang gue alami akhir-akhir ini.

Komunikasi itu penting. Yap, bahkan kadal aja menganggap komunikasi tuh penting (ga tahu kenapa gue ambil contoh kadal). Bahkan sampai ada fakultasnya sendiri di perguruan tinggi. Nyatanya, sekarang ini gue banyak sekali dikelilingi manusia-manusia jebolan ilmu komunikasi, sampai-sampai gue bertanya-tanya apakah gue salah ambil jurusan (sebenarnya udah sadar dari kapan tahu sih..), seharusnya jurusan nyanyi-nyanyi.

Anyway, Marketing Director kantor gue mengemukakan pentingnya mendengar dalam berkomunikasi. Jadi inget salah satu posting di blognya mantan kantor yang berbunyi kurang lebih, untuk mendengar dibutuhkan keterampilan, skill, dan sebenarnya mendengar adalah sebuah talenta. Bukan hanya sekedar mendengar, tetapi memahami, mencerna, mengerti. Which is, kemudian dibutuhkan ruang lingkup pengetahuan yang sama antara yang didengar dengan yang mendengar. Itulah makanya kenapa kalau kita jualan, kita harus tahu kepada siapa kita jualan. Hmm, marketing banget yah.

Intinya, komunikasi itu penting. Mengutarakan apa yang kita mau, tidak mau, tidak suka, yang mengganjal, rencana, apapun, dalam konteks relationship baik pertemanan, persaudaraan, maupun asmara. Gimana dia bisa tahu kita lapar kalau kita cuma bilang, "Sayang, kayaknya nasi goreng itu lucu yah." (gue juga ga tahu seperti apa nasi goreng yang lucu itu.) Lebih pas kalau bilang, "Aku lapar. Mau nasi goreng itu." Bodo deh mau dibilang apa. Daripada jaim-jaiman terus pingsan kelaparan.

Komunikasi juga penting di saat kita butuh informasi akan apa yang kita ga tahu. Biarin aja dianggap bego, daripada ga tahu apa-apa dan ga nanya? You gain nothing selain bego sendiri.

Namun kadang-kadang susah juga kalau komunikasi ada, syarat-syaratnya terpenuhi, tetapi decoding alias penerimaannya salah. Atau proses penerimaannya salah. Bukan pengirimannya. Seperti apa yang terjadi sama gue tadi siang. Niat mau isengin dia, gue ngirim email pake email kantor. Isinya gombal, tapi untungnya ga parah. Lalu gue ketik alamat emailnya. Klik 'send'. Ternyata oh ternyata, mendadak gue inget bukan itu alamat emailnya...! Parahnya, udah terkirim dan ga mental, berarti memang ada yang punya alamat itu.

Antara kesel, geli, dan ketawa-ketawa sendiri, akhirnya gue ngirimin email kedua ke alamat itu untuk men-disregard email tadi. Haduhhh... Parah. Mana pake email kantor..

Ini pelajarannya: komunikasi itu harus memenuhi kriteria tentang siapa, apa, dimana, bagaimana, bilamana.

Thursday, January 22, 2009

Jekyll and Hyde

Pernah mengalami gelombang depresi mendadak?
Rasanya mengerikan. Kehilangan arah, mendadak ga tahu harus melakukan apa, mendadak merasa ga tahu apa pun, mendadak merasa diri adalah manusia paling bodoh sedunia, mendadak merasa ga mampu mengerjakan apa pun.

Seketika terbanting ke titik nol.

Gue tahu, akhir-akhir ini gue seringkali berpikir yang tidak-tidak, gamang, ragu, akhirnya jadi kehilangan arah, kehilangan fokus. Gue tahu, daripada tenggelam dalam perasaan-perasaan tersebut gue seharusnya tetap yakin, tetap fokus pada hal-hal yang positif. Seharusnya begitu. Otak gue mengatakan demikian. Namun perasaan dan emosi maunya lain. Seharusnya gue bersyukur dengan apa yang gue miliki, hal-hal positif apa yang gue punyai, kesempatan-kesempatan apa yang ditawarkan kepada gue.

Sebetulnya semua ini tergantung pola pikir juga sih. Sisi logis gue memandang setiap hal sebagai tantangan, kesempatan untuk belajar, untuk maju, berkembang. Sisi emosional gue memandangnya sebagai ancaman, resiko, dan menghadapinya dengan ketakutan. Rasanya seperti Jekyll and Hyde. Serba setengah-setengah.

Mungkin gue benar-benar harus belajar untuk fokus pada kecilnya kadar keberanian yang gue punya daripada fokus kepada ketakutan gue yang besar.

Friday, January 9, 2009

weekend

Fiuhh...
Melewati satu minggu pertama. Walaupun masih belum terlalu berat, namun gue senang akhirnya besok weekend. Libur. Pertama, karena liburnya itu sendiri, dan kedua, artinya gue sukses melewati minggu ini.

Memulai lagi sesuatu yang mana merupakan rutinitas setelah vakum sekian lama memang cukup sulit. Apalagi gue orang yang terlalu menikmati hidup dan sukanya bersenang-senang. Tetapi memang sudah waktunya untuk memulai lagi, keluar dari cangkang (kayak kerang aja) dan bergerak maju. Belajar lagi. Mengembangkan diri, mengembangkan kemampuan, keterampilan. Mengasah kembali apa yang sudah ada namun sempat tumpul karena tidak digunakan sekian waktu.

Sempat terbersit beberapa kali rasa cemas, kuatir, namun gue mau percaya bahwa justru di situ letak tantangannya. Kalau sudah bisa mengalahkan satu demi satu, berarti gue makin maju, makin berkembang, dan makin dibawa untuk naik ke level kesulitan berikutnya.

Semangat..!
Weekend, here I come!

Sunday, January 4, 2009

The greetings, the opening, resolution and bookmarks (3)

Waktu demi waktu berlalu, hari demi hari berlalu, dan tahun-tahun pun berlalu.

First thing first, Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Walaupun sudah seringkali dikatakan tiap waktu dan dengan berbagai cara, Selamat Natal (dan Tahun Baru) untuk kita semua (terjemahan bebas bagian akhir Christmas Song, dengan penambahan di sana-sini, hehehe)!

Dua tahun yang lalu gue memulai blog ini. Setahun yang lalu lebih beberapa hari (sejujurnya sih seminggu, hehe) gue menuliskan postingan The greetings, the opening, resolution and bookmarks (2) sebagai penanda ulangtahun blog ini yang pertama. Dan sekarang gue menuliskan postingan ini untuk menandakan ulangtahun kedua.

Seperti penulisan setahun yang lalu (dasar males mikir, keterbatasan kreativitas), Natal 2008 buat gue tidak terlalu terasa gong-nya. Maksudnya dari segi suasananya, atmosfernya. Plus lagi bener-bener Natal di Jakarta tahun ini serasa Natalan di bulan Juni yang panasnya lagi ampun-ampunan dan matahari bersinar sepanjang waktu. Namun selebihnya, gue senang bisa bernatal di rumah. Sesenang-senangnya bernatal di tempat lain, seperti juga seenak-enaknya makanan di tempat lain, still there's no place like home. Tapi juga ada sedikit rasa kesal yang menyelinap, antara lain karena macetnya perjalanan dari rumah ke gereja. Masa berangkat jam 3 sore, baru kekejar kebaktian yang 7? Jam 4, we missed it, begitu juga kebaktian jam 5 dan 6.30. Buset bener deh... Plus nyokap sakit, jadi makan malam Natalnya cuma berdua.

Namun, bagaimanapun, keadaan seperti apapun tetap harus disyukuri, bukan?

Tahun barunya, secara dunia global, krisis mengintai. Belum lagi pecah perang (lagi) antara Israel dan Palestina. Haduhaduhaduh, sedih deh kalau mengingat bahwa di area-area itulah berita tentang Tuhan dimulai, tapi kok justru ga bisa damai. Sekali lagi, bersyukurlah bahwa kita aman, tenteram, damai, sentosa. Dan semuanya bisa berkumpul, dalam keadaan baik, dikelilingi dan mengelilingi, berbagi kebahagiaan dan berkat dengan orang-orang terkasih :)

Bicara perjalanan gue sepanjang tahun 2008, ga ada yang bisa dikatakan atau dideskripsikan dengan gamblang. Bahkan ga bisa digambarkan dengan apapun. Genap setahun gue menganggur, dan siapa yang nyangka bahwa dalam setahun itu gue mendapatkan banyak sekali. Mungkin tidak lebih banyak daripada 'perhitungan' per tahun dari tahun-tahun sebelumnya, namun di tahun inilah Tuhan mengajarkan gue untuk menghitung; dan ternyata ga bisa dihitung. Di tahun 2008-lah seolah Tuhan mengerem langkah gue untuk berjalan terlalu cepat dan memperlihatkan pada gue lebih jelas kemuliaanNya dimana-mana. Mengingatkan gue bahwa penyertaanNya tidak akan pernah berakhir. Tahun yang amat berharga. Dipersiapkan untuk sesuatu yang lebih hebat lagi, dibentuk untuk menjadi lebih indah lagi, ditumbuhkan untuk menjadi lebih kuat dan lebih dewasa lagi, dalam segala hal.

Dan mendatang? Serba tidak pasti. Bahkan Tuhan tidak menjanjikan semuanya akan indah, namun apapun yang akan terjadi, Ia tetap bersama gue, bersama kita, dan semuanya untuk kebaikan kita. Mungkin akan lebih berat daripada sebelumnya, akan lebih banyak penempaan, tapi gue percaya grafik kehidupan kita terus menanjak. We haven't laugh our best laughter yet, kita belum mengalami kebahagiaan kita yang paling top sekalipun; we are heading toward it.

Resolusi? Tahun lalu:
-manjangin rambut (masih nyoba) --> berhasil!! Hore!
-dapet kerja lagi (kali ini gue memilih kerja di korporat) --> :)
-have someone to share (Amiiinnnn.. ) --> :) lagi.. masih terus didoakan untuk keadaan yang terbaik
-better in serving God --> hmm.. tapi gue percaya iya, walau ga secara spesifik :P
-punya handphone U700! --> D840 gue adalah handphone terlama gue sejak punya handphone!
-tattoo? berani ga ya? --> resolusi yang agak bodoh :D
-menurunkan 5 kilo! --> nah ini gagalia.
-bisa jalan2 lagi ke luar negeri kalo situasi membolehkan :) --> belum kesampaian. Tapi pasti ada waktunya ;)

dan tambahan:
-olahraga seminggu minimal 2 kali --> yahhh.. so so lah.. kalau niat ya pergi renang.
-mulai rajin baca renungan harian --> nah ini banyak improvement, tapi harus lebih taat dan tekun lagi.
-pake gelas sendiri2 kalo di rumah --> sempet berhasil, tapi kayaknya belakangan ini gagal lagi :P
-belajar inget2 tempat markir mobil --> nah ini juga banyak improvement.
-belajar ga nunda2 --> lumayanlah..
-belajar sabar dan ga cepet naik darah --> mungkin ini termasuk yang lumayan banyak peningkatannya.. thanks to the dearest one :)

Resolusi tahun ini? Belajar dari Renungan Harian: Melakukan yang terbaik untuk Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama dan orang-orang terkasih, dan 'Apa yang Tuhan ingin aku untuk lakukan?'

God bless you! Happy New Year!