Wednesday, February 27, 2008

Mapan

Mapan.
Sebenernya apa sih arti kemapanan?


Tiap orang punya konsep dan prinsip yang berbeda kalo ngomong soal kemapanan, apalagi kalo disangkutpautkan dengan pernikahan. Relatif banget. Arti kemapanan dalam hal ini menjadi hal yang kabur, blur, ga fokus. Tapi intinya sih sebetulnya sama, yaitu kesiapan dalam membangun bahtera rumah tangga. Nah, yang berbeda sekarang adalah konsep kesiapannya. Gue bukan ngomong soal moral ya.

Suatu waktu gue pernah nanya beberapa teman tentang konsep kemapanan dalam memulai rumah tangga ini. Beberapa orang teman bilang, jangankan untuk menikah, sih untuk membina hubungan pacaran aja – dalam konteks hubungan pacaran yang serius – perlu suatu kemapanan, walau arti kemapanannya di sini belum seluas dan seserius konteks pernikahan. Menurut mereka, itu berarti harus punya minimal sejumlah tabungan – walau masih dalam tahap ’cukup’, tapi masih harus berjuang untuk bisa lebih lagi – punya kerjaan yang menjanjikan berlangsungnya hidup, yang bisa diandalkan, karena ini semua bekal menuju masa depan. Karena kalo nanti suatu saat saat menikah, dengan siapa pun itu, kalo ga punya itu semua sebagai modal awal, trus mau makan apa? Makan cinta? Makan tuh cinta..!

Gue setuju. Gue sendiri punya prinsip yang kurang lebih sama dengan itu. Masa mau minta terus sama orang tua? Malu dong.. Kan seharusnya kita udah cukup dewasa untuk memutuskan akhirnya menikah, dan siap membentuk keluarga sendiri, which means you are ready to live on your own! By your own! You are no longer your parents’ kid! Kan bukan orangtua kita yang menikah dan menjalani hidup kita! Kita sendirilah yang menjalani itu. Apalagi kalo kita cowok ya.. Gue aja yang cewek punya harga diri yang ga terbatas soal menghidupi diri sendiri kalo udah dewasa – walaupun sama orang tua sendiri – apalagi cowok yang adalah kepala keluarga. Berani2 minta sama orang tua untuk kehidupan kita dan pasangan kita? Ngga banget!

Menurut gue, jaman gini udah ga musim yang namanya menikah tapi ga punya apa2. Ini jaman yang udah maju, susah, yang banyak tuntutan. Menuntut sebanyak yang kita tuntut. Oke, mungkin gue bisa bilang begini karena gue punya sedikit tabungan. Tapi kalopun ga punya apa2, kan bisa nabung dulu. Menunggu sedikit lebih lama. Toh kalo emang jodoh ga akan ke mana2, lagian ini kan demi hidup bareng2 juga.

But, on my second thought, mungkin malah lebih baik sama2 ga punya apa2 lalu bersama2 berjuang mengumpulkan dan membangun rumah tangga tapi dengan berdiri di atas kaki kita sendiri, daripada udah menikah tapi masih minta2 sama orang tua. Hey.., lagi2, harga diri!

Monday, February 25, 2008

Realitanya adalah...

Pernah ga ditabrak sebuah bis?
Atau pas lagi jalan, pas balik badan tiba2 ada seseorang yang memukul kita dengan keras?

Atau dihempaskan ke dinding sehingga kita mati rasa seketika dan ga bisa napas, tapi begitu pulih merasakan sakit yang amat sangat?
Sejujurnya gue ga pernah ngalamin ketiganya.. Amit2.

Tapi mungkin itu metafora yang bisa sedikit banyak menggambarkan keadaan gue saat ini. Ditabrak sebuah bis atau dipukul tiba2, sehingga ngerasain keterkejutan dan sakit yang mengagetkan. Setelah beberapa saat, gue sadar, dan sakit yang gue rasain bahkan lebih hebat lagi, disusul gelombang rasa sedih dan marah. Dan gue seolah ga bisa bernapas.

Untuk yang kesekian kalinya gue terlambat menyadari bahwa kadang2 lebih baik tahu sedikit atau bahkan ga tahu apa2, daripada mengetahui realita, tahu banyak, tapi sangat menyakitkan. Namun semua toh udah terjadi, gue ga bisa memutar ulang sang waktu, lagipula cepat atau lambat realita itu akan mendatangi gue. Mungkin Tuhan memang udah menentukan tibalah saatnya.

Walau gue udah berjanji untuk ga berubah dan selalu mendukung, dan gue juga selalu berdoa supaya gue disiapkan sampe waktunya tiba, ga urung gue terpukul banget dengan kenyataan. Tapi gue yakin Tuhan memang udah mempersiapkan gue, karena ternyata sekarang, walaupun pahit banget, gue bisa menerima kenyataan, berbesar hati dan memaafkan.

Mau berbalik dan pergi?
Ngga.. Gue punya alasan yang sangat kuat untuk pergi, tapi gue memilih dan berjanji untuk tinggal. Samasekali ga terpaksa, sebaliknya gue tulus dan sepenuh hati. Ga ada gunanya memaki2 dan marah2, karena semuanya sudah punya hukumannya sendiri. Ga ada gunanya nambah2 penderitaan. Kesedihan gue hanya sekelumit karena bukan gue yang ngalamin.

Sekarang yang tinggal hanyalah kesedihan yang mendalam. Bukan sedih karena dia melakukan atau tidak melakukan sesuatu, tapi karena dia harus melalui ini semua dan menderita karenanya…

Wednesday, February 20, 2008

Suara dan perasaan

Gue, seperti banyak juga cewek2 pada umumnya, mudah jatuh hati sama seorang cowok karena suaranya. Suara dia sewaktu bicara aja udah bikin ‘nyesss’, apalagi kalo dia udah nyanyi. Walau gue ‘dibesarkan’ di dunia nyanyi2 ini, gue ga pernah bisa mendengar cowok2 bersuara keren tanpa jatuh hati. Suara2 tenor yang manis dan sejuk, dan suara2 bass yang empuk dan hangat. Seringkali kita manusia2 sopran dan alto sampe lupa nyanyiin part kita karena terpesona dan terkagum2.

Menurut temen gue, dan juga berdasarkan penelitian2 tentang suara -atau musik- ini, semua ini karena peranan getaran yang ditimbulkan suara. Begitu dia memasuki bagian telinga, dia akan menggetarkan seluruh bagian telinga sampai ke dalam, yang mana syaraf2nya secara langsung mengirimkan sinyal2 itu ke otak.

Suara akan masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam Koklea untuk selanjutnya melalui saraf Koklearis menuju ke otak. Salah satu jaras adalah jaras retikuler-talamus, bagian yang akan menerima suara, yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak yang berpikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia.

Efeknya bisa macam2, menimbulkan emosi yang berlainan. Bisa tenang, bisa nyaman. Bisa juga jadi ga teratur, marah, sedih.

Sehingga kita bisa jatuh hati sama suara seseorang, itulah alasan logis dan medisnya, digabung dengan aspek keindahan dan estetika yang kita punya dalam diri masing2 sehingga menimbulkan atmosfer yang menyenangkan.

Mungkin itu juga sebabnya kenapa kalo kita kangen seseorang dan ga bisa ketemu, dengan menelepon dia dan denger suaranya, perasaan kita bisa tenang. Terkadang bukan hal yang gombal kalo kita menelepon hanya sekedar untuk denger suaranya, karena pada faktanya emang perasaan kita jadi nyaman karenanya ;)

Friday, February 15, 2008

World nowadays

Actually there are many things more interesting to talk about in this Valentine’s Day. Seperti misalnya hal2 apa yang dilakukan pasangan2 di hari Valentine, hadiah apa yang diberi atau mau diberi buat pasangan, film2 bertema cinta yang marak di bioskop, excitement dalam mempersiapkan diri untuk kencan di hari Valentine. Banyak orang yang untuk pertama kalinya semenjak sekian waktu akhirnya merayakan Valentine bersama seseorang, ada juga orang2 yang untuk pertama kalinya semenjak beberapa waktu kini merayakan Valentine bersama teman2, bahkan ada juga yang akhirnya untuk pertama kalinya dalam hidup merayakan Valentine dengan seseorang :) Anyway, merayakan Valentine bersama siapapun tetap menarik, baik bersama seseorang maupun beberapa orang, karena intinya adalah berbagi kasih sayang, kan?

Tapi Valentine tahun ini di Jakarta diwarnai hujan seharian.. Bukan lagi Valentine romantis yang bisa ujan2an dan sepayung berdua, tapi udah naik tahap jadi masuk angin.

Sayangnya, di samping kebahagiaan itu, dunia sekitar kita lagi kacau balau.
Misalnya, krisis keamanan di Timor Leste dimana Presiden Ramos Horta ditembak oleh gerakan pemberontak pimpinan Alfredo Reinado yang tewas di serangan itu. Sejauh ini, yang gue denger adalah banyaknya orang yang berduka atas tewasnya si pimpinan. Jadi? Silakan menilai sendiri situasinya, karena gue tidak akan menyatakan pendapat gue di blog ini. Masalah politik kayak gini adalah masalah yang super duper sensitif, dan gue ga mau bersentuhan dengan resiko apapun :P

Lalu ada juga krisis kredit perumahan di Amerika Serikat alias subprime mortgage yang akhirnya mempengaruhi dan mengancam seluruh perekonomian dunia. Emang dasar negara adikuasa, just one little thing can affect all aspects in the whole world. Krisis ini udah lama berlangsung, mungkin sejak pertengahan tahun 2007. Efeknya ke Indonesia? Yang jelas kerasa adalah nilai tukar rupiah yang jadi lebih fluktuatif lagi daripada sebelum2nya.

Banjir di Karawang sejak beberapa waktu lalu yang ga kunjung reda, malah makin meninggi. Sore ini gue denger statusnya udah menjadi siaga 1. Banjir juga melanda sejumlah kota di Jawa Tengah.
Ribuan rumah terendam. Ratusan hektar sawah terendam. Konon kabarnya ini pengaruh dari badai Nicholas di Australia, plus isu global warming yang bikin permukaan air di bumi naik terus. Cara untuk mengantisipasi di masa mendatang? Entah.. Susah kayaknya ya.. I can do nothing except concerning..

Dan banyak juga hal2 lain yang mengusik.

Hmm, anyway semoga at least hari Valentine bisa sedikit memberi suasana kasih sayang di tengah2 masalah yang terus bermunculan.. Walau sebaiknya memang Valentine bisa dirayakan setiap hari, atau dengan kata lain jangan cuman bersayang2an pas hari Valentine doang.


Happy Valentine..

Monday, February 11, 2008

Status

Status.
Apa yang dimaksud dengan status dalam konteks hubungan antara dua orang? Pentingkah keberadaan sebuah status?

Gue yakin sebenernya ada juga orang2 yang agak memikirkan masalah status ini, hanya mungkin ga terlalu ambil pusing dan memilih menjalani apa adanya, atau ga tahu apa yg sebenernya mereka inginkan tentang status ini, ga ada orang yang cukup mengerti. Bisa juga ada yang ga puas dengan jawaban2 yang sudah ada.

Gue: Ga tahu apa yang gue inginkan dan ga puas dengan jawaban yang ada.

Sebetulnya, penting ga sih status itu? Apa yang membuat itu penting? Kapankah itu menjadi penting? Gue pikir, selama dua orang yang terlibat merasa hubungan di antara mereka baik2 aja, bahkan cenderung indah, merasa bahagia dgn itu, status mungkin ga terlalu penting pada saat itu. Jangan sampai status menjadi media pemuasan diri, misalnya karena ingin punya embel2 ’in a relationship’, pas ada seseorang yang mau mencoba berbagi, lalu jadi terburu2 memaksakan sebuah status while it’s still too early. Ini namanya egois, sementara hubungan ini kan melibatkan dua orang.

Ada yang bilang, penting memastikan status, supaya masing2 tahu ada di mana posisi mereka dalam hubungan itu, dan supaya bisa menentukan rencana2 selanjutnya. Apa betul? Bisa aja kan kedua pihak, walaupun belum terikat status, tapi udah punya rencana2 untuk ke depan. Malah, yang udah terikat dalam status pun banyak juga kan yang cuman jalan di tempat, dan belum nentuin rencana apa2?

Jadi apakah penting status itu?
Apakah status itu adalah sebuah garis yang ditarik untuk menyatakan ‘gue pacar lo, lo pacar gue’?
Apakah status itu sebuah pemastian?

Dalam bahasa Inggris, berada dalam suatu hubungan adalah ‘in a relationship’. Apakah itu harafiah? Berarti kalo dua orang berada dalam suatu hubungan, walaupun masih dalam jalur ‘dating’ atau berkencan, which means they’re seeing each other -itu hubungan juga kan?-, apakah itu adalah ‘in a relationship’?
Ataukah ‘in a relationship’ punya makna yang lebih dalam, seperti eksklusivitas? Yang membawa maksud: status adalah komitmen..?

Apakah korelasi antara status dengan waktu itu cukup kuat?
Mungkin, pada akhirnya, menentukan sebuah status itu perlu waktu. Satu periode waktu yang menurut gue ga bisa dipaksakan atau dipatok atau ditentukan, whether 1 bulan, 3 bulan, bahkan 1 tahun. Kesimpulan gue sendiri adalah, itu akan terjadi bila waktunya tiba nanti. Entah kapan. Sama seperti Tuhan menjadikan segala sesuatunya indah pada waktunya, sama seperti orang yang mencari pasangan, you know it, you it’s him/her when the time has come, kapan tahap yang lebih tinggi – in my opinion, a status – pun akan dicapai dalam sebuah hubungan dalam waktu ‘pada waktunya’. Periode waktu itulah yang akan mempersiapkan dan semakin menguatkan hubungan antara kedua orang yang berada dalam suatu hubungan sampai berani untuk melangkah maju. Dalam pengertian gue, menuju ‘satu tujuan jangka panjang’. Pada saat itulah status menjadi penting.

Hmm, somehow, ini adalah sebuah pemikiran yang sangat2 relatif. Ga ada pendapat yang salah tentang masalah status ini. Kembali ke pribadi masing2, gimana mau mengonsep pengertian tentang hal itu. Bukannya ga mungkin seiring waktu pemikiran gue ini akan berubah. Tidak ada yang salah soal ‘perlu batas waktu untuk memastikan’, ‘perlu status untuk menyusun rencana’, dan ‘ketidak-begitu-pentingnya status pada saat ini’.

Yang paling penting sekarang adalah menjalani sebaik2nya apa yang ada di depan mata, memanfaatkan waktu sebaik2nya, semakin menumbuhkan kebaikan yang ada, memeliharanya, mensyukuri apa yang udah diterima, semua demi mempersiapkan masa depan dan kehidupan yang lebih baik.

Kesimpulannya, mungkin pada saat ini kami memang belum siap untuk berkomitmen.

Thursday, February 7, 2008

-no title-

Di suatu waktu dan tempat, ada seorang gadis yang baru saja berulang tahun yang ke-17. Pintu menuju kedewasaan, kemandirian. Penuh semangat, setelah diberi ijin oleh orangtuanya ia kemudian memutuskan untuk mengikuti kursus mengemudi demi mendapatkan surat ijin mengemudi.

Selang beberapa waktu kemudian, setelah ia mengikuti kursus dan melewati serangkaian tes mengemudi, ia dinyatakan lulus dan memperoleh surat ijin mengemudinya.

Di hari pertama ia mempunyai surat ijin mengemudi, ayahnya menyuruhnya pergi ke swalayan untuk membeli beberapa barang kebutuhan rumah tangga dengan menggunakan mobil. Ia akan ditemani dua orang kakaknya. Dan.. Ia dapat kesempatan untuk mengendarai mobil! Bukan salah satu dari kakaknya yang akan mengemudi, tapi ia! Alangkah senangnya ia.

Dalam perjalanan menuju ke swalayan, menjelang sebuah perempatan jalan ia melihat lampu lalu-lintas berubah merah, dan ia bersiap2 untuk berhenti. Namun, entah darimana, tiba2 saja melesat di depannya sebuah sepeda. Panik, bingung, tanpa disadari ia bukannya menginjak rem, malah menginjak pedal gas semakin dalam.

Mobil mereka menerobos lampu merah, sepeda tadi meluncur aman, dan sebuah truk besar melaju dari samping.

Mobil rusak parah.
Salah satu kakaknya tewas seketika, dan satu lagi kakaknya cedera serius. Ia sendiri luka2, namun tidak terlalu parah.

Ketika kedua orangtuanya mendengar kabar itu, mereka sangat cemas dan sedih, dan segera pergi ke rumah sakit. Mereka amat sedih karena salah satu anak mereka tewas. Setelah menengok kakaknya yang cedera serius, mereka mendatangi si gadis.

Si gadis amat takut. Ia tahu ia akan dimarahi habis2an karena begitu ceroboh dan menyebabkan kecelakaan, dan ia bahkan telah menewaskan salah satu kakaknya. Ia berdoa pada Tuhan semoga ia tahan menghadapi kemurkaan orangtuanya, dan ia pun mengaku betapa berdosanya ia. Saat orangtuanya mendatanginya, dengan penuh airmata dan penyesalan ia mengakui semua kesalahannya, bahwa ia patut dihukum, dan bagaimana ia merasa tidak lagi layak menjadi anak mereka. Ia meminta ampun, dan ia sungguh2 menyesal.

Di luar dugaan, orangtuanya malah memeluknya, mengatakan bahwa ia tetap anak mereka, dan mereka sedikitpun tidak marah. Mereka mengampuni dia, dan mengatakan bahwa semua itu bukanlah kesalahannya.

Mereka tahu bahwa rasa bersalah dan penderitaan yang muncul akibat perasaan bersalah itu telah menghukumnya. Itu semua telah cukup ia terima, bahkan mungkin lebih. Tidak ada gunanya menambah 'kesakitannya'. Alih2 memarahi, orangtuanya malah menangisinya, gembira bahwa ia masih hidup. Mereka berdoa semoga ia diampuni dosanya, dan mereka yakin bahwa Tuhan mengampuni ia.


Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan besar. Setiap orang pasti punya 'dark secret'. Jangan takut. Buatku, sudah cukup bahwa kamu menyesal dan kamu menderita karenanya. Buatku, sudah cukup bahwa kamu sudah mengakui segalanya pada Tuhan dan minta pengampunanNya. Buatku, sudah cukup bahwa kamu kehilangan sejumlah teman karenanya dan betapa kamu sangat sedih karenanya. Buatku, dengan itu semua kamu sudah mendapat hukuman.

Setiap orang berhak punya kesempatan untuk menjadi lebih baik. Dan kamu punya kesempatan itu, maka berubahlah. Aku ga peduli apa kesalahanmu. Tuhan sudah mengampuni kamu, jadi ga ada alasan buatku untuk ga memaafkanmu, walau aku cuma manusia biasa. Yang penting sekarang adalah berdamai dengan diri kamu sendiri dan diubah olehNya.
Time will not heal all your wounds, tapi waktu yang dibarengi doa dan usaha akan lebih banyak mengurangi kesakitan kamu.

Anyway, if someday you decide to tell, aku akan selalu ada. Semoga waktu yang kita punya menguatkan kepercayaan kita.

God bless you.

Sunday, February 3, 2008

Being Alive

  • Originally from the 1970 Broadway musical, Company
  • Music and Lyrics by Stephen Sondheim
  • This version taken from Anthony Warlow album, Best of Act One
Someone to hold you too close
Someone to hurt you too deep
Someone to sit in your chair
And ruin your sleep
And make you aware of being alive

Someone to need you too much
Someone to know you too well
Someone to pull you up short
And put you through hell
And give you support for being alive
Make me alive, make me confused
Mock me with praise, let me be used
Vary my days, but alone is alone, not alive

Somebody hold me too close
Somebody force me to care
Somebody make me come through
I'll always be there
As frightened as you of being alive
Being alive, being alive

Someone you have to let in
Someone whose feelings you spare
Someone who, like it or not,
Will want you to share a little, a lot, of being alive
Make me alive, make me confused
Mock me with praise, let me be used
Vary my days, but alone is alone, not alive

Somebody crowd me with love
Somebody force me to care
Somebody make me come through
I'll always be there
As frightened as you to help us survive
Being alive, being alive
Being alive, being alive