Thursday, March 6, 2008

Siap atau tidak..

“Siap atau tidak, hadapilah tembokmu..!”
Itulah aba2 yang diberikan seorang presenter sebuah acara game di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia saat permainan udah mau dimulai. Acara ini kalo ga salah diadaptasi dari acara permainan serupa di stasiun televisi Taiwan. Gue tahunya dari acara Ellen DeGeneres Show di tipi kabel.

Anyway, kalimat ini mengingatkan gue atas sebuah artikel lifestyle di koran nasional yang berjudul kurang lebih sama. Di situ ditulis tentang menghadapi tembok2 dalam kehidupan, siap atau ngga, dan bagaimana menyikapinya. Sebagai ilustrasi adalah cerita tentang Daud dan Goliat, dimana seperti yang kita semua tahu, Daud yang badannya kecil harus berhadapan dengan si raksasa Goliat. Itulah ‘tembok’nya Daud: Goliat dan bagaimana menghadapi Goliat sendiri. Artikel itu membuat perenungan tentang bagaimana kalo kita terlalu terfokus sama ketakutan kita sendiri, kita ga akan bisa menghadapi tembok itu, apalagi mengalahkannya. Intinya adalah keep your faith in God.

Intermezzo: Pas gue jalan2 di toko buku, gue nemuin buku dengan judul yang sama, tapi dalam versi bahasa Inggris, dan pas gue baca sekilas, contoh2 ilustrasi yang diberikan pun hampir sama. Hehehe, makes me wonder apakah si penulis artikel terinspirasi oleh buku ini.. Seperti halnya gue sendiri..

Tembok2 itu akan selalu kita temui dalam perjalanan hidup kita. Tergantung gimana menyikapinya, tembok itu bisa halangan yang membuat kita menyerah kalah dan ga maju2 dan ga belajar dari itu semua, atau justru menjadi sebuah tantangan yang bisa semakin menguatkan kita dan membuat kita menjadi lebih baik kalo kita bisa melaluinya, no matter how hard it is. Bahkan bukan ga mungkin,seringkali tembok2 itu adalah diri kita sendiri. Ketakutan2 kita, keragu2an kita, kelemahan2 kita.

Emang sih, tembok2 yang kita hadapi ga akan berkesudahan. Tuhan membuat tembok2 itu bukan supaya kita jatuh dan menderita, melainkan supaya kita makin dewasa, makin tabah dan kuat. Jadi di balik satu tembok pasti akan ada lagi yang berikut2nya. Yang lebih mengerikan, yang lebih menakutkan, yang lebih besar. Tapi yang jelas, Tuhan ga akan membiarkan kita ga bisa mengalahkan tembok2 itu. Walau kita tahu bahwa Dia memberi perkara2 yang lebih besar lagi setelah kita melewati perkara2 kecil, di balik itu semua ada keindahan dan kebaikan yang dijanjikan. Jadi, lebih milih mana? Menyerah dan berhenti mencari untuk mendapatkan yang lebih baik lagi, atau terus maju dan memperoleh kebaikan2 berikutnya? ;)

Sekarang ini gue merefleksikan rangkaian tembok2 itu begini: Sebelum tembok itu adalah masa lalu, di tengah2 tembok itu, belum lewat, adalah masa kini, dan seudah tembok itu adalah masa depan. Masa depan kita rencanakan dan persiapkan dengan sebaik2nya di masa kini, masa kini kita jalani untuk memperoleh masa depan yang indah sekaligus untuk melangkah dari masa lalu sebagai manusia yang lebih baik,dan masa lalu? Kita ga akan bisa sampe di masa kini, apalagi di masa depan, tanpa masa lalu. Tapi mari kita jadikan masa lalu sebagai cerminan dan batu loncatan kita sekarang. Masa lalu tetaplah jadi masa lalu. Kalo terfokus sama masa lalu, kapan kita berpijak di masa kini untuk menciptakan masa depan?

Here, now, I‘m with you. We’re walking from the past, living a life in present, and planning the future. Let’s face the walls.

No comments: