Friday, September 19, 2008

Gelang karakter

Beberapa minggu yang lalu, gereja membagikan sebuah gelang karet berkancing, tulisannya ‘Karakter Kristus’. Gelang ini dinamakan color ID, karena gelang-gelang tersebut beraneka warna. Kenapa ada embel-embel ‘Karakter Kristus’ dan ID? Karena setiap kita yang memakainya diminta untuk membangun karakter Kristus pada diri sendiri, menyatakan identitas sebagai seorang Kristen. Gelang ini hanya alat bantu; pengingat, membantu memotivasi. Intinya, kita harus punya niat.

Aturan pakainya, kenakan gelang di pergelangan tangan kiri, lalu niatkan selama beberapa periode waktu untuk melakukan karakter rendah hati, pengampunan, kepedulian, dan sabar. Jika berhasil, pindahkan gelang ke tangan kanan. Begitu seterusnya.

Kedengaran gampang? Iya banget. Sangat susah saat melakukannya? Iya banget.

Baru setelah dihadapkan pada ‘tantangan’ itulah gue betul-betul menyadari bahwa gue lebih cenderung ke arah sebaliknya. Sangat sulit untuk rendah hati. Sangat sulit untuk mengampuni orang yang bikin gue kesel. Amat susah untuk tidak egois. Plus, ampun deh kalau soal sabar. Makanya gelang itu kayaknya jarang pindahnya. Gimana mau sekarakter dengan Kristus kalau begini?

Dan ‘tantangan-tantangan’ yang sebetulnya merupakan proses pembelajaran justru jadi sering muncul, lalu ini bukan lagi soal gelang tadi. Misalnya saat ini (19 Sept 2008, 01.35 dinihari), gue berhadapan dengan itu. Beberapa hal terakumulasi jadi satu dan berputar-putar di kepala, dan pada satu saat hampir aja gue mencapai titik didih, ga tahan, betul-betul muak dengan keadaan. Gue seolah ditantang untuk rendah hati, mengampuni, ga egois dan sabar pada saat bersamaan. Gue sadar, gue berhadapan dengan diri gue sendiri. Sebetulnya lawan gue adalah diri gue sendiri, yang tinggi hati, sombong, ga mikirin orang lain, ga sabaran. Mungkin inilah ‘salib’ yang harus gue pikul saat ini. Inilah ‘raksasa-raksasa’ gue saat ini.

Nyaris putus asa waktu kemudian gue sadar, ya ampun, betapa ga bersyukurnya gue. Dengan begini berlimpah berkat dari Tuhan, gue malah ga tahu berterimakasih.

Namun sekarang gue bersyukur. Saat menuliskan ini, gue diingatkan untuk senantiasa minta pertolongan Tuhan, bukan aja saat memakai gelang ini, namun dalam setiap perkara. Gue bersyukur dihadapkan pada hal-hal tertentu karena gue kemudian diasah.. Mungkin beberapa waktu terakhir ini gue ‘tumpul’.

Anyway. Keadaan besok gue ga tahu. Bisa lebih baik, bisa ngga. Tapi gue mau inget untuk selalu minta ditemani Tuhan.

1 comment:

Lia Marpaung said...

joyce, this writing is a very good reminder for my self too ! thanks alot ya joyce....

dan mau donk dapat gelang dari gerejamu juga ... :)