Friday, December 14, 2007

Dewasa vs umur

Banyak orang pernah bilang, dan majalah2 juga, bahwa 'menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah sebuah pilihan'.

Gue sangat setuju dengan pernyataan itu. Setuju banget. Soalnya, bisa aja kan ada orang udah 30 taun tapi pemikirannya masih kekanak2an, belum mikir jauh? Sebaliknya, ada juga orang yang baru 22 atau 23 tapi pemikirannya udah matang, dan bisa diandalkan.

Masalahnya adalah kadang2 di mulut gampang, tapi dibawa ke keseharian nyatanya susah. Rasanya, semakin kita bertambah umur, makin pengen kita (baca: gue) kembali ke zaman kanak-kanak dahulu, ga perlu mikirin apa2, ga perlu mikir what to do next dalam konteks melanjutkan garis hidup. Cuma peduli sama maen2, teriak2, ketawa2, pundung, dan PR - kalo yg ini mgkn bagi sebagian orang, buat gue mah ga ngaruh ada atau ga ada PR :-P -

Menjadi dewasa buat gue adalah semakin mengerti hak dan kewajiban (klise, tentu, tapi emang demikian), makin besar tanggung jawab, baik yg tiba2 nempel di pundak kita ataupun yang emang kita inginkan. Menjadi dewasa bukan lagi melakukan tindakan spontan, I mean in a negative point of view, melainkan melakukan semuanya udah harus dengan perhitungan, pertimbangan, pikirin negatif positifnya, pikirin benefit cost rationya, mikirin bukan dalam jangka pendek aja tapi juga jangka panjang, misalnya dengan melakukan A, apa sih yang akan gue peroleh in the next, lets say, five years? Menjadi dewasa adalah mulai mengambil keputusan2 sendiri, ga lagi bergantung sama orang tua.

You choose it, you get it, and you have the risk.

Memang, akan ada banyak saat dimana kita (again, baca: gue) kembali berpikir seperti anak2, bertingkah seperti anak2, entah karena kita memilih demikian atau tanpa disadari. Impulsif, egois, mau menang sendiri, manja, ga peduli dengan hal lain. Ga pengen maju ke depan, dan cenderung memilih tetap di comfort zone. Gue, saat ini memilih untuk melepas tanggung jawab, dan kembali ke kandang, menjadi anak2 lagi, ga perlu mikirin kewajiban, in fact, ga ada kewajiban berkaitan dengan masa depan gue. Tapi gue ga peduli. I do like challenge, tapi sekarang gue memilih untuk mundur sejenak dan berpikir. Apakah itu bagian dari menjadi dewasa, atau kembali jadi anak2?

Dengan bertambahnya umur, apakah gue udah semakin dewasa? Apakah gue sudah memilih untuk jadi dewasa? Apa sih sebenarnya ukuran kedewasaan itu? Apakah bisa diukur dari adanya pemikiran untuk punya karier cemerlang, tabungan yang cukup, kesuksesan, kemapanan, ataukah (ampun, gue memang seorang cewek yang penuh dengan idealisme perempuan dan sekaligus kisah2 manis di buku dongeng) pemikiran untuk akhirnya berani berkomitmen, settle, punya seorang pasangan, kemudian keluarga?

Atau semata2 kedewasaan itu hanyalah cara berpikir?
Pada akhirnya, gue berpikir, seharusnya kedewasaan bisa kita peroleh seiring dengan bertambahnya usia. Gue cukup bahagia mengetahui bahwa kedewasaan gue berjalan beriringan, dan sama besarnya, dengan umur gue. Gue memilih untuk menjadi dewasa.

12 Desember jam 4 pagi, 26.

No comments: