Sunday, October 19, 2008

..dalam gelap..

Di tengah-tengah penyampaian Votum dan Salam dalam kebaktian tadi siang jam 11.00, tiba-tiba listik mati! Dengan sigapnya sang pianis mengambil alih karena organ tentunya mati juga, sehingga lagu pembukaan bisa selesai dinaikkan. Pendeta juga agak lumayan harus teriak untuk menyampaikan salam.

Masalah pertama: Gelap. Apalagi kebaktian diadakan di lantai 2, dan cahaya dari luar terbatas.
Masalah kedua: Panas. Apalagi kebaktian jam 11.00 adalah kebaktian yang paling dipadati jemaat.

Namun di tengah-tengah itu, gue samasekali ga terpikirkan soal itu. Yang pertama kali muncul di otak gue dan membuat gue tersenyum adalah bahwa gue tiba-tiba teringat salah satu pengantar renungan harian sekitar sebulan yang lalu. Ceritanya kurang lebih sama. Pokoknya penerangan kurang, jadi semua tidak terlihat terlalu jelas.

Sang pendeta bingung. Kebaktiannya mau diterusin apa ngga ya?

Salah seorang majelis melihat keraguan si pendeta, kemudian mendekat dan berbisik, "Teruskan saja Pak.. Kami masih bisa melihat Tuhan dalam gelap."

Dan tepat itulah yang gue ingat. Memang, pendeta kami tadi siang tidak memperlihatkan tendensi kebingungan itu, tidak ada majelis yang mendekat dan berbisik, dan kebaktian tetap berlangsung baik. Sang pendeta memimpin kami berdoa supaya dalam gelap dan panas pun kebaktian tetap baik, dan kami tetap bisa memfokuskan pikiran kepada dan dalam Dia.

Tetapi justru mati listrik yang terkesan sepele itulah gue kemudian diingatkan bahwa di tengah-tengah 'kegelapan' dan 'kepanasan' yang sedang berkecamuk di dalam diri, Tuhan selalu bersinar.

Gelap. Kanan? Kiri? Kanan? Kiri? Belok mana nih? Apa jangan-jangan lurus? Maju atau mundur? Adalah pilihan gue untuk 'masih bisa melihat Tuhan dalam gelap', atau tidak.

No comments: