Saturday, October 4, 2008

Ukuran dan kesempurnaan


Penggaris=pengukur=standar.

Apa ukurannya seseorang itu pintar?
Apa ukurannya seseorang itu baik atau cantik?
Apa ukurannya seseorang itu berpenampilan baik atau buruk, necis atau tidak?
Apa ukurannya seseorang itu rajin?
Apa ukurannya seseorang itu cocok atau tidak cocok dengan kita?
Apa ukurannya seseorang itu punya pembawaan baik atau tidak?
Apa ukurannya seseorang itu ramah, sopan, mingle, atau tidak?
Apa ukurannya seseorang itu religius atau tidak?
Apa ukurannya seseorang itu sukses atau tidak?
Apa ukurannya seseorang itu laki-laki/perempuan yang baik buat kita?

Dan sejuta pertanyaan lainnya tentang “Apa ukurannya seseorang itu..”

Seringkali kita (baca: gue) tidak menyadari bahwa setiap orang diciptakan Tuhan secara unik. Apa yang dimiliki satu orang belum tentu dimiliki orang lain. Kelebihan seseorang di bagian A, kelebihan gue di bagian B. Lalu, tolok ukur yang muncul pun akan berbeda.

Ukuran-ukuran muncul karena pandangan umum, dan pandangan subjektif kita sendiri. Kita suka mematok ukuran atas seseorang karena apa yang kita inginkan atas orang itu. Dan apa yang kita inginkan itu juga seringkali dibentuk oleh pandangan umum. Kita ingin si A begitu, si B begini, kita ga suka kalau si C begitu. Dan biasanya ada kalimat, “Kalau gue sih,…”

Dulu gue sering menyindir teman-teman gue kalau mereka mulai membandingkan sikap dan tingkah seseorang dengan diri mereka sendiri. “Jangan menyamaratakan pendapat orang lain ama pendapat lo!” gitu gue bilang. Namun pada gilirannya gue juga sering harus ‘menampar’ diri sendiri dengan pernyataan itu. Seringkali gue lupa bahwa gue juga banyak kelemahan di sana-sini.

Gue mau memilih untuk belajar menerima orang lain apa adanya, dan belajar untuk melakukan penyesuaian di sana-sini. Jangan kemauan gue aja yang harus dituruti, atau orang yang harus menyesuaikan diri dengan gue, karena dengan demikian gue mematok standar ‘kesempurnaan’ di diri gue. Selain itu, gue juga harus belajar berhati-hati akan apa yang gue inginkan atas diri seseorang: Apakah gue sendiri sudah memenuhi itu?

Tidak mengapa jika menetapkan standar-standar tertentu atas diri kita, tapi jangan sampai kita mematok ukuran-ukuran yang sama atas orang lain.

Tuhan aja yang sempurna, semua standar yang paling sempurna ada dalam Dia. So? Mari kita belajar melakukan kebiasaan yang menumbuhkan karakter-karakterNya yang sempurna itu dalam diri kita, supaya kita makin serupa denganNya. Bukan sama.

No comments: