Sunday, October 26, 2008

kesempatan yang tertunda

Hari ini gue bersedih untuk seorang teman.

Berkali-kali dia punya kesempatan, dan ga bisa dibilang bahwa dia tidak menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya ataupun tanpa rasa bersyukur, namun kesempatan itu hampir selalu terenggut darinya di kala semuanya tinggal sejauh jangkauan tangan. Yang berarti, benar-benar tinggal di depan mata, dan berlangsung justru dalam menit-menit terakhir.

Sekarang terulang kembali. Kesempatan berharga yang dimilikinya, lagi-lagi tidak sampai ke tangannya. Hanya dalam hitungan hari, kurang dalam satu minggu saja.

Kegagalan?
Dia tidak percaya adanya kegagalan. Menurutnya semuanya adalah 'tertunda'. Terus terang, gue sangat kagum dengannya. Pasti perasaannya remuk redam, hampir hancur berkeping-keping, namun dia tetap teguh dan bilang, "Tuhan menjadikan segala sesuatunya baik." Dia percaya bahwa memang Tuhan bilang belum saatnya, dan dia 'dihajar' untuk lebih tekun lagi menanti-nantikan yang terbaik dari Tuhan buat dia. Sangat banyak peluang di saat dia bisa bilang Tuhan tidak adil, dan di sinilah dia diuji. "Dengan semakin beratnya ujian yang harus kita tanggung, berarti kita semakin 'naik kelas', Jo," dia pernah bilang.

"Apa yang gue inginkan belum tentu apa yang gue butuhkan. Cuma Dia yang tahu apa yang paling gue butuhkan, dan itu akan sangat mencukupkan gue," katanya. Ini bukan doa yang tidak terjawab; dijawab, namun jawabanNya adalah, "Belum."

Peristiwa semacam ini pasti pernah kita alami. Penolakan, penundaan. Panen yang kurang berhasil, kalau bahasanya Max Lucado. Namun gue pribadi 'melihat Tuhan' melalui teman yang satu ini, dimana dia memilih untuk terus bersyukur dalam segala hal, di saat banyak sekali peluangnya untuk marah dan berbalik. Gue bertekad untuk bersikap seperti dia di kala hal seperti itu mendatangi gue.

Gue mau bilang apa? Tuhan itu baik..

No comments: