Friday, January 25, 2008

Rasa-rasa

Kadang, ada masa2 tertentu dimana kita merasa kecewa, marah, sedih, panik, takut, lemah. Namun ada juga waktu2 lainnya dimana kita merasa kuat, merasa bahagia, senang, cinta, sayang, terharu, dan sebagainya.

Kadang2 terpikir, darimana sih kita tahu bahwa itu perasaan marah, atau sedih, atau sakit hati, atau senang, gembira? Apakah hal2 itu muncul dari pengalaman, seperti misalnya semakin sering kita mengalaminya maka semakin kita paham perasaan itu? Ataukah muncul dari apa yang orangtua kita ajarkan? Apakah perasaan2 semacam itu diajarkan orang tua kita?
Atau, memang udah ada begitu aja, fundamental, bahan dasar yang Tuhan kasih waktu membentuk kita, sehingga saat perasaan2 itu muncul, you just know it? Sama seperti yang novel2 dan buku2 panduan bilang kalo kita ketemu 'the one', either it's a person, or wedding gown, or wedding shoes, kita akan tahu begitu saja?

Sepertinya emang jawaban terakhir yang paling pas.

Namun, semuanya bersifat sangat relatif. Ukuran perasaan2 tersebut sangat berbeda2 untuk tiap orang. Nah kalo yang ini, bicara soal ukuran, mungkin emang didasarkan dari pengalaman, nature and nurture. Ada yang udah pernah merasakan kesedihan yang begitu hebat, ada juga yang belum sampai pada tahap itu, which is, sekali lagi, tahapnya pun merupakan hal yang relatif.

Berkaitan dengan itu, menjadi seseorang di luar perasaan2 itu pun jadi agak sulit juga. Maksudnya, kalau seorang sahabat merasa bahagia, ya kita juga ikut bahagia, dan kita menunjukkan simpati kita, tapi sampai seberapa mendekati sih simpati kita sama yg sahabat kita itu harapkan dari kita? Walaupun kita mgkn udah pernah mengalami hal yang kurang lebih serupa dengan apa yg dia alami, tetep excitement kita tidak akan bisa menyamai excitementnya dia.

Lebih susah lagi kalau ternyata hal buruk yang terjadi sama teman kita. Di kala dia lagi lemah, takut, marah, susah untuk menyampaikan simpati atau empati kita. Kita ga tau seberapa dalam 'luka' dia, apakah kita berdiri di sisinya dia sebagai orang yang merangkul dan berkata, "Semua akan baik2 aja, lo akan dapat melalui ini, gue akan mendukung lo," atau, "Kenapa lo menyia2kan waktu dengan mengasihani diri? Ayo semangat, bangkit dan berjuang," atau "Ga usahlah lo meratapi cowok itu, dia emang brengsek," -misalnya, kalau orang patah hati-, dan lain2.

Itu yang sering terjadi sama gue. Seringkali akhirnya gue bingung, apa ya yang mau gue sampaikan sama orang yang butuh penghiburan? Karena takutnya gue bukan membuat perasaannya lebih baik, malah lebih kacau lagi. Sepertinya emang harus lihat situasi, kondisi, dan orang yang bersangkutan, ya.

Yang jelas, gue pingin membangkitkan kembali semangatnya, dirinya, kekuatannya. Yang jelas, gue pingin dia tahu, yakin dan percaya bahwa gue akan mendukungnya.

No comments: