Friday, July 18, 2008

Keterbatasan

If a man could be two places at one time
I'd be with you
Tomorrow and today
Beside you all the way


Itu adalah sepenggal lirik lagu 'If' yang dipopulerkan grup musik Bread tahun 1971. Lebih dari 30 tahun yang lewat. Tapi bukan itu yang mau gue angkat di postingan ini.

Bait itu mengatakan, kalau saja seorang pria bisa ada di dua tempat berlainan pada satu waktu yang sama, ia akan bersama dengan kekasihnya besok dan hari ini. Mustahil? Yup. Tentu saja.

Di dalam segala keterbatasan kita sebagai manusia, ingin rasanya bisa ada di beberapa tempat pada satu kurun waktu yang sama. Tapi bukan bicarain kloning ya. Bukan juga bicara soal membelah diri seperti amoeba. Mungkin gue terlalu menggeneralisasi dengan menyebut 'kita'. Tapi gue pribadi, ada saat-saat tertentu dimana gue ingin terus bisa bersama seseorang yang gue sayangi, tanpa terpisah jarak, waktu, kota, dan sebagainya. Contohnya kalau dia sedang bersedih, gue ingin bisa ada di sampingnya dan menghibur dia, menyenangkan dia, mendukung dia, namun pada ketika itu gue sedang di luar kota, misalnya.

Apakah pernah disadari bahwa kita memang sedemikian terbatasnya dalam segala hal? Kita dibatasi waktu, jarak, tempat, bahkan dibatasi tubuh kita sendiri. Berbagai dimensi yang ada membatasi kita. Kita terkungkung dalam itu semua. Kadang-kadang itu begitu depresif, membuat kita frustrasi, karena kita ingin melakukan lebih namun tidak bisa. Karena adanya batas-batas tersebut.

Di situlah kita kemudian belajar untuk tidak mengandalkan diri sendiri. Bodoh banget kalau mengandalkan kekuatan sendiri. Jelas-jelas kita begitu terbatasnya, masih keukeuh pula mau ngelakuin hal-hal yang kita ga bisa. Kegagalan adalah akibat yang paling mungkin terjadi. Perlu dicatat, gue bukan bilang orang ga boleh punya percaya diri, lho. Justru harus punya. Tapi yang perlu diingat, kita punya semuanya itu pun adalah pemberian Tuhan. Mintalah supaya kita dimampukan untuk mengelolanya dengan baik.

Di situlah kita kemudian belajar untuk menggantungkan dan menyerahkan dan mengandalkan semuanya pada Tuhan. Kurang ajaib apa lagi Dia? Dia samasekali ga terbatas apa-apa. Apalagi tubuh. Yang buat kita merupakan penghalang besar yang sulit dilalui, buat Dia samasekali ga ada apa-apanya. Dengan satu tiupan kecil napasNya, orang diberi kehidupan. Kalau mau mindahin gunung, hanya dengan ujung jari Ia bisa. Berada dalam seratus tempat dalam satu waktu, tentu mudah banget.

Di situlah kita kemudian belajar untuk percaya pada pendampingan, penyertaan, perlindungan Tuhan. Ia tidak akan membiarkan siapapun celaka, sakit, jatuh.

Itulah kenapa jika gue ingin sekali mendampingi dan menguatkan seseorang yang misalnya sedang bersedih hati atau galau dan gue ga bisa hadir di sana, gue minta Tuhan yang menggantikan gue. Apalagi, penghiburan dan pertolonganNya berlipat-lipat jauh lebih besar daripada apa yang bisa gue berikan seandainya pun gue bisa ada di dua tempat pada satu waktu (ya iyalaaah, justru Dia sumbernya).

Istilah slang gue, titipin aja semuaNya pada Tuhan :)

No comments: