Thursday, August 28, 2008

Animasi


Wall-E.
Gue nonton film ini dua kali dalam jangka waktu hanya tiga hari. Hehehe… Sekalian memanfaatkan promo buy 1 get 1 debit card salah satu bank tempat gue nabung.

Film ini termasuk salah satu film yang begitu menyentuh gue. Padahal cuman film animasi doang. Dari review yang gue sempet baca sebelum nonton, katanya inilah film animasi yang mengembalikan arti dari animasi itu sendiri sebagai gambar bergerak. Faktor ini juga yang mendorong gue tertarik untuk nonton, selain sepotong thriller-nya yang sempet muncul waktu nonton Kungfu Panda beberapa waktu yang lalu.

Dan bahwa kemudian gue nonton sampai dua kali, rasanya cukup bisa bilang gimana gue suka film ini. Selain moral inti ceritanya yang secara sarkastis, kasar dan mengerikan ngedekripsikan kemungkinan gambaran masa depan bumi akibat global warming kalau ga ditindaklanjuti dari sekarang (bumi yang kotor, ga ada kehidupan, bahkan semua penduduknya lari ke luar angkasa dan jadi gemuk karena begitu dimanjakan teknologi, belum lagi sampai harus ngirim robot ke bumi untuk nyari tumbuhan hidup!), gue juga suka dengan cerita ‘pembungkus’-nya, kisah cinta yang lucu antara si penghancur sampah Wall-E dengan Eve si robot cantik yang punya tugas nyari tumbuhan hidup. Emang dasar guenya aja yang suka ‘meleleh’ sama cerita-cerita model itu :)

Tetapi yang ditulis review itu tentang kembali ke hakikat film animasi, bener banget. Semuanya disampaikan melalui gerakan, perbuatan. Gambar yang bergerak. Ga ada dialog sama sekali. Ungkapan, perasaan, semuanya lewat perbuatan. Perubahan ‘sorot’ mata menggambarkan apakah si Wall-E atau si Eve lagi sedih, marah, tertawa, tersipu, terpesona. Wall-E yang nyeret-nyeret Eve pakai kabel lampu hias waktu dia tiba-tiba hibernasi setelah ketemu tumbuhan, Wall-E yang kesamber petir waktu mayungin Eve, Eve yang panik berat waktu Wall-E hampir penyet, udah mah kesetrum sampai hampir ga fungsi lagi, dan Eve yang sedih banget waktu setelah Wall-E-nya dibetulin malah jadi ga ngenalin Eve-nya lagi. Semuanya melalui sesuatu yang dilakukan, bukan dikatakan.

Action speaks better than words, indeed. A picture paints a thousand words, indeed. Dulu gue ga sependapat, sekarang menurut gue itu sangat betul. Kata-kata tidak cukup bisa melukiskan saratnya emosi atau perasaan, bahkan ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan melalui kata-kata.

2 comments:

Anonymous said...

Jowis..its true ya..WAL-E tuh bener2 bikin aku mikir kalo sebenernya kebanyakan ngomong juga kalo gak ada hasilnya, mendingan diem aja tapi ber-impact..but sumtime my dear jowis..if we can manage when 2 speaks and when to act, it will be a bless for others..

JR said...

bener banget..
pada akhirnya sih emang harus mempertimbangkan situasi dan kondisi juga. ada saat dimana speak does better, ada juga saatnya act does.

yg harus kita perhatikan betul adalah supaya keduanya bisa membawa kebaikan bagi orang2..tul? ;)