Thursday, August 7, 2008

Ragunan

Sebelum baca posting ini, it is highly advised to read the previous posting.

Taman Margasatwa Ragunan. Kembali ke sini adalah bernostalgia. Terakhir gue ke sini adalah bulan November 2007 silam, waktu gue masih terdaftar sebagai karyawan sebuah biro konsultan humas di bilangan Senopati. Waktu itu gue tergabung dalam satu tim yang kerja untuk sebuah bank besar di Indonesia yang menggalakkan CSR-nya dan menunjukkan kepedulian pada lingkungan, mereka ‘menggarap’ Taman Margasatwa Ragunan.

Turun dari Bus Transjakarta, kami beli karcis masuk. Masih sama dengan terakhir gue ke sana, harga tiketnya Rp4.500. Murahhhh banget ya. Sempat berdebat plus sok tahu soal luasnya kawasan ini (padahal dulu gue ikut nyusun fact sheet event), faktanya Taman Margasatwa Ragunan ini punya area seluas 140 hektar.


Hal yang mengusik kami adalah betapa kurang terawatnya kebun binatang itu, yang bahkan sudah terlihat sejak masuk. Sampah di mana-mana. Memasuki terrarium reptil yang didominasi ular, kandang-kandang kaca tampak kusam. Di kawasan aquarium, ikannya kasihan, yang badannya lebar-lebar punya ruang sama luas dengan ikan-ikan kecil. Di terrarium burung agak lumayan, kandangnya dibikin ga jauh beda dengan habitat aslinya. Si merak dengan sombong mengembangkan ekornya yang cantik, dan kepalanya memamerkan ‘mahkota’nya yang serupa kembang goyang. Ada juga merak yang lagi pacaran sama burung rangkong! Hahaha…



Kandang-kandang macan dihiasi tebing-tebing buatan. Di kandang-kandang primata sama, tapi ada ayunan-ayunannya. Ada bekantan yang baru bangun. Lalu ada hal yang kemudian mengejutkan gue dan membuat gue tertawa, yaitu tempelan tanda petunjuk lokasi bekas event dulu. Belakangan gue baru sadar, astaga, jadi selama 9 bulan tanda ini ga dicabut? Ga dibersihkan?




Berputar dan turun ke area hewan-hewan yang hidup dengan air, terhibur dengan kuda nil. Si hipo dan kawan-kawan sedang mandi dan membuat suara-suara lucu. Kandangnya dibuat serupa dengan habitat asli, cuman aja airnya yaaaaa… Si buaya juga sama.

Berputar-putar lagi, ngelihat unta, banteng dengan tanduknya yang memesona, orangutan. Beruang madu yang mata kecilnya memelas, kepanasan. Lalu beberapa ekor harimau yang hampir semuanya lagi berendam, sementara harimau-harimau yang di balik terali sibuk mondar-mandir dan mengaum-aum, mungkin sebel karena sempitnya ruang mereka. Harimau putih yang biasanya begitu cantik dan angkuh, tampak kurus dan merana, ngadep tembok melulu.

Mengelilingi area yang begitu luasnya memang melelahkan. Tapi cuacanya menyenangkan, langit biru bersih dan hawa ga terlalu panas. Bunyi desir pohon bambu menenangkan. Sebetulnya ‘liburan’ ini menyenangkan. Sayangnya, kondisi kebun binatang yang ‘sepadan’ dengan harganya. Kotor banget. Sampah berserakan di mana-mana. Jorok banget pokoknya. Kasihan hewan-hewannya, pasti stress banget hidup dengan lingkungan kotor kayak begitu. Gue jadi bertanya-tanya soal maintenance-nya. Dulu pihak pengelola pernah bilang, Taman Margasatwa Ragunan setiap tahun selalu dapat anggaran dari pemerintah propinsi untuk pemeliharaan, namun hampir setengahnya selalu ‘hilang’. Halooo?

Bagaimanapun, jalan-jalan ini menyenangkan. Jauh dari hiruk-pikuk mobil, asap. Lihat binatang-binatang yang lucu-lucu dan diciptakan Tuhan dengan indahnya, dengan pesonanya masing-masing. Menikmati kesempatan untuk menikmati keindahan ciptaan Tuhan lainnya.


Setelah semangkuk bakso dan Teh Botol, tiba waktu untuk pulang. Bus Transjakarta, here we come again…

No comments: