Monday, August 18, 2008

Dirgahayu Indonesiaku!

Perayaan kemerdekaan ke 63?
Agak sepi.. Entah karena kurang ada semangat orang-orang untuk merayakan kemerdekaan Indonesia yang walaupun jatuh bangun tapi berhasil mencapai angka 63, atau karena orang-orang lebih memilih merayakannya dalam keprihatinan, jadi ngerayainnya dalam ketenangan dan perenungan mendalam (hmm, sarcasm mode: on). Mungkin ada juga orang-orang yang lebih menikmatinya sebagai hari libur ketimbang sebagai peringatan hari kemerdekaan bangsa. Tapi, ga semuanya penduduk Indonesia begitu. Gue cuma menuliskan apa yang gue lihat dan gue rasa. Maaf kalau kenyataannya ga seperti itu.

Sejujurnya, mungkin gue sendiri adalah salah satu orang yang ga merayakannya dengan segenap semangat yang dimiliki. Ga terlibat dalam perayaan-perayaan apapun, dan memilih untuk menikmati adanya kemerdekaan itu. Bukan merayakannya dalam arti harafiah.

Namun sebagai pembelaan diri, semenjak gue masih kanak-kanak sejauh gue mulai bisa mengingat-ingat, gue ga pernah ketinggalan ngikutin tayangan upacara hari ulang tahun kemerdekaan di televisi, yang disiarkan langsung dari Istana Negara. Selalu ada excitement tersendiri lihat prajurit-prajurit yang baris-berbaris dengan pedangnya, keseragaman gerakan, sepatu lars putihnya, plus paskibraka yang cool dengan seragam putih-putihnya, deg-degannya naik ke podium untuk 'ngejemput' duplikat bendera pusaka, deg-degannya pas narik bendera (takut kebalik.. aduh amit-amit, ketuk kayu tiga kali), lalu marching bandnya.. Dan berpikir, wuah, apa rasanya ya menjadi salah satu dari mereka. Pasti bangga banget.

Di gereja, sebelum memulai acara kebaktian, majelis meminta semua jemaat untuk berdiri dan bersama-sama nyanyi Indonesia Raya. Entah guenya yang terlalu sentimental, seketika gue terharu dan tersadar bahwa, "Ya ampun.. Indonesia, negara kita ini, udah 63 tahun!"

Umur yang masih pendek, memang. Tapi seperti yang seseorang pernah bilang, gue telah menikmati kemerdekaan itu seumur hidup gue. Tanah dimana Tuhan menempatkan gue, di situ gue dilahirkan dalam keadaan merdeka, ga ada peperangan, ga ada pertanyaan tentang identitas bangsa, dimana gue dibesarkan, dibangun, dikasih makan, hidup yang cukup. Ga ada satupun alasan untuk tidak mengucap syukur. Daripada nyela-nyela pimpinan negara, lebih baik kita doain aja. Toh ga jaminan juga kalau kita yang ada di posisinya mereka kita bisa menjalankan apa yang kita tuntut saat kita tidak di posisinya itu.

Menurut gue, sekarang udah ga jamannya untuk mikir, "Apa yang telah Indonesia berikan untuk kita?", melainkan "Apa yang telah gue berikan untuk negara?" Menikmati kemerdekaan adalah salah satu cara untuk bersyukur. Cara lainnya yang tidak kalah penting adalah mengisinya, memberikan sebagai sumbangsih. Kita masing-masing punya fungsi; tugas dari Tuhan. Sama seperti tangan, punya fungsi dalam kesatuan tubuh, kita pun punya fungsi yang harus dijalankan, sebagai bagian dari sebuah kesatuan negara kita ini.

"..janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."

Merdeka!

No comments: