Thursday, August 28, 2008

Hujan

Tadi sore, Jakarta baru diguyur hujan. Lumayan deras, dan mendungnya udah dimulai sejak pukul setengah lima, yang membuat langit seperti udah jam enam lewat. Sepertinya musim hujan akan dimulai.

Dan hujan pun turun. Setelah ga hujan sekian waktu lamanya, yang paling berkesan buat gue selain bunyinya (dan hujan itu sendiri, tentunya) adalah baunya. Entah kenapa gue senang sekali dengan bau tanah yang baru kena siraman air. Ada sensasi yang muncul waktu menghirup napas dalam-dalam dan mencium bau tanah basah.

Sayangnya, di Jakarta kalau hujan ga terasa terlalu ‘permai’ atau ‘damai’. Di Bandung, kalau hujan udaranya dingin dan menyenangkan. Gue suka berdiri di ruang depan, mandang hujan dari balik jendela. Jalanan yang basah, butiran-butiran air hujan yang meluncur di dedaunan, pohon-pohon mahoni ratusan tahun di pinggir jalan yang ikut menyemarakkan suasana. Sendu, kelabu, namun menyenangkan pada saat yang sama.

Atau berdiri di teras di bawah naungan atap, sedikit kena tempiasan air hujan. ‘Tenggelam’ dan damai dalam mantel hangat tapi tetep ada dingin yang sedikit menyusup, sambil menggenggam secangkir coklat panas yang masih ‘ngebul’. Hmmm..

Semasa kecil di Tawangmangu dahulu, kalau hujan cuacanya lebih dingin lagi. Ya iyalaaaahh, namanya juga di lereng gunung Lawu. Di sini, hujan turun plus kabut tebal. Kalau yang ini judulnya males keluar rumah. Enakan berkumpul sekeluarga di dalam rumah yang hangat, bahkan sampai masang heater saking dinginnya! Kadang-kadang, sesudah hujan reda Papa ngajak kita jalan-jalan dengan mobil ke satu daerah yang agak lebih tinggi lagi tempat kita bisa ngelihat kota Solo terhampar nun jauh di sana, dan waktu kabutnya menghilang,..breathtaking. Kalau hujannya malam hari, yang paling eksotis adalah pemandangan pagi harinya waktu hujan udah berhenti. Rumput bener-bener hijau, wangi, dan basah. Butiran-butiran air bergulir.

Menulis ini bener-bener melontarkan diri gue sendiri ke masa lalu. Beneran, untuk sesaat barusan gue lupa ada di mana, karena nginget-nginget gimana rasanya hujan di sana.

Di Jakarta, hujan ga bikin udara terlalu dingin seperti dua daerah di atas. Cenderung lembab dan berat udaranya. Tapi gue tetep suka berdiri di teras belakang, ternaung canopy, memerhatikan hujan dan tetesannya yang membuat genangan rendah. Selain itu, gue punya kesan mendalam tersendiri tentang hujan di Jakarta. Heart-warming things yang terjadi di kala hujan, dan angan-angan.. Atau menikmati hujan yang menerpa kaca mobil, menyusuri jalanan basah yang penuh lampu warna-warni, ditemani jazz. Gue jadi ga sabar menanti-nantikan musim hujan.

Ada yang mau berbagi pengalaman menyenangkan tentang hujan? :)

1 comment:

Pojok Hablay said...

aku mah pecinta hujan. banyak deh tulisan tentang hujan di blog :))